Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oli Mineral dan Sintetik, Bagaimana Cara Membedakan?

Kompas.com - 13/12/2022, 12:02 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

SEMARANG,KOMPAS.com - Oli mesin, seperti darah pada tubuh manusia. Pada mesin, oli yang digunakan untuk melumasi dan melindungi komponen-komponen mekanikal sampai celah-celah terkecil. 

Seperti diketahui, mesin mobil bisa mengalami overheat dan perubahan struktur alamiah akibat kompresi yang diluar batas. 

Teknologi oli pun berkembang pesat seiring kemajuan zaman, saat ini oli terbagi dalam tiga jenis yakni oli mineral, semi sintetik, dan full sintetik. 

Lantas seperti apa bedanya? 

Baca juga: Ekspor Mobil Buatan Indonesia Melambat di November 2022

Perawatan wajib ganti oli mesinInnova Community Perawatan wajib ganti oli mesin

Identik sesuai dengan sebutan yang melekat, oli mineral terbuat dari bahan baku minyak bumi tanpa melalui proses di pabrik. 

 Maka dari itu, oli mineral masih murni, tak dilengkapi zat aditif tertentu untuk meningkatkan kualitas oli. 

"Asli dari kilang, tahapan-tahapan pengolahan oli baru penyaringan dan pengemasan produk sesuai standar. Jadi, sifat dasar oli seperti bisa mengendap dan menguap masih terjadi," ucap Kepala Bengkel Nasmoco Gombel Mohammad Syafruddin kepada Kompas.com, Selasa (13/12/2022). 

Mobil-mobil baru sekarang jarang yang menggunakan spesifikasi oli mineral. Sebab, mesin mobil modern dirancang untuk kompresi yang tinggi dan ramah lingkungan. 

Oli mineral biasanya jadi andalan para pemilik mobil tua. Terlebih mesin sudah mengalami penurunan performa akibat komponen utama yang aus. 

"Kan olinya lebih kental, celah-celah komponen yang renggang tertutup sempurna dari pelumasan. Nilai SAE nya tinggi, rata-rata 10w-40, atau 20w-50," kata dia. 

  • Oli Semi Sintetik 

Oli mesin asli memiliki barcodedok. Pertamina Oli mesin asli memiliki barcode

Oli semi sintetik merupakan formula baru dari oli mineral. 

Sesuai kebutuhan mesin-mesin generasi terbaru, oli kemudian ditambahkan beberapa zat aditif. 

Harganya pun terbilang sedikit lebih mahal karena adanya peningkatan kualitas tersebut. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau