Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Hal Penyebab Asap Mobil Terasa Perih di Mata

Kompas.com - 26/08/2022, 11:31 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Salah satu indikator yang menandakan mesin mobil sehat atau tidak, bisa dipantau dari sistem pembakaran.

Cara cukup mudah, yakni melalui asap yang keluar dari lubang knalpot. Bila terasa pedih di mata menandakan adanya masalah pada pembakaran mesin. 

Foreman Astra Daihatsu Majapahit Semarang Bambang Tri Widayat mengatakan, asap pedih di mata berarti perbandingan bahan bakar dan udara tidak normal. 

Untuk itu, ada beberapa komponen yang wajib diperhatikan, yaitu:

Baca juga: Berikut Prosedur Pengecekan Uji Emisi Kendaraan Bermotor

Mekanik Astra Daihatsu Motor Majapahit Semarang sedang melakukan perbaikanDicky Aditya Wijaya Mekanik Astra Daihatsu Motor Majapahit Semarang sedang melakukan perbaikan

Kerak karbon yang terlalu banyak pada ujung elektroda busi bukan cuma berimbas konsumsi BBM boros, tapi berdampak pada pembakaran yang tidak sempurna, bahkan sampai ke catalytic converter. 

"(karena) Elektroda busi yang terlalu kotor atau gap celah busi yang sudah habis, BBM tidak bisa terbakar," ucap Bambang, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/8/2022). 

Dengan begitu, komposisi akhir pembakaran akan ikut terpengaruh dan berdampak pada asap yang dikeluarkan.

  • Sensor Oxygen Bermasalah

Selain itu, Bambang menjelaskan, akibat kerusakan sensor oksigen juga membuat pembakaran tak bisa normal. Sensor biasanya bertugas mengirimkan sinyal ke ECU, agar nantinya memerintahkan pasokan bahan bakar dan udara seimbang. 

Sensor oxygen Daihastu Xenia Dicky Aditya Wijaya Sensor oxygen Daihastu Xenia

Baca juga: Mengenal Fungsi Overdrive pada Tuas Transmisi Mobil Matik

"Jika ketika ada sisa bahan bakar di dalam ruang bakar,  fungsi sensor O2 mengurangi pasokan BBM. Sehingga ECU tidak bisa memanipulasi data informasi pembakaran mesin dengan rasio 1:14,7, tutur Bambang. 

Karena itu, bila komponen yang satu ini mengalamai masalah atau rusak, maka berdampak pada pembakaran yang tidak sempurna. 

  • Injektor BBM

Umumnya, injektor mampet disebabkan oleh kandungan sulfur bahan bakar. Imbasnya, pengaturan campuran BBM di ECU jadi tidak sesuai. 

Menurut Bambang, hal ini akan menyebabkan kalibrasi tekanan BBM berkurang. Dampaknya, bisa beragam, mulai mesin brebet sampai emisi gas buang bermasalah.

Pasokan BBM di ruang bakar yang sedikit berakibat rasio kompresi pembakaran mesin jadi tidak seimbang. 

Layanan uji emisi gratis bagi kendaraan roda empat berbahan bakar bensin dan solar, digelar di kawasan CNi, Kembangan, Jakarta Barat, pada Selasa (5/7/2022).Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI Layanan uji emisi gratis bagi kendaraan roda empat berbahan bakar bensin dan solar, digelar di kawasan CNi, Kembangan, Jakarta Barat, pada Selasa (5/7/2022).

"Bukan cuma panas, mesin jauh kurang efisien dan proses pembakaran juga menghasilkan karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NOx) dan hidrokarbon yang tidak terbakar lebih banyak," ujar dia. 

Komponen ring piston atau silinder pada mobil yang sudah aus akan menyebabkan penurunan kompresi mesin

Tak hanya tenaga mesin, menurut Bambang, angka rasio kompresi yang berubah, berpengaruh juga terhadap gas buang. Proses pembakaran terganggu, hasilnya tekanan kompresi mesin kurang padat. 

Baca juga: Kenali Penyebab Kompresi Mesin Mobil Mulai Ngempos

Asap knalpot ada yang berwarna putih dna hitam- Asap knalpot ada yang berwarna putih dna hitam

"Kompresi mesin bocor atau turun, performa mesin drop. Apalagi kalau masalahnya dari piston dan ring piston. BBM jauh lebih boros, pembakaran tidak sempurna. Sehingga menyebabkan asap knalpot terasa pedih di mata," kata Bambang. 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau