JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak aspek yang perlu disiapkan untuk menuju era elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia. Tidak hanya soal manufaktur seperti perakitan baterai dan lokalisasi produk, tetapi juga ekosistem dan bisnis modelnya.
Sehingga, sebagaimana dijelaskan Direktur Corporate Affair PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, baik konsumen maupun investor dapat kejelasan dan kepastian untuk menggunakan kendaraan listrik.
"Ekosistem dan business model pada mobil listrik itu jangan disamakan dengan kendaraan konvensional, jauh berbeda. Selain baru, berbagai aspek jauh beda seperti soal used car," kata dia belum lama ini.
Baca juga: 6 Mobil Termahal di GIIAS 2022, Paling Mahal Tembus Rp 7,7 Miliar
Menurut Bob, pasar kendaraan bekas untuk kendaraan listrik di dunia saat ini belum dapat ditentukan secara pasti. Sebab ada sektor yang masih belum ada yaitu ekosistem baterai sebagai komponen utama di jenis transportasi terkait.
Mengingat, komponen baterai itu menguasai sampai 40 persen dari harga jual kendaraan listrik. Apabila bagian terkait belum bisa dimanfaatkan kembali atau daur ulang, depresiasi kendaraan listrik jadi tidak pasti.
Pasalnya, komponen baterai setiap tahunnya pasti memiliki suatu penyusutan sebagai dampak dari pengisian daya listrik bertegangan tinggi, kondisi cuaca, dan karakteristik penggunaan.
"Kemudian teknologi baterai pada mobil listrik itu terus berkembang tiap dua tahunya, seperti jarak tempuh yang semakin panjang dengan waktu charging lebih sebentar. Nah, bagaimana tuh menghitung return of investment-nya," ucap Bob.
Baca juga: Alasan Toyota Indonesia Hadirkan Mobil Hybrid
Adapun bisnis model yang mungkin saja bisa diterapkan supaya mendorong era elektrifikasi ialah terkait penyewaan mobil listrik di tempat-tempat tertentu. Sebagai gambaran, bisa dilihat dari layanan sepeda di tempat wisata.
"Jadi, butuh ekosistem di kawasan wisata, perkantoran, fasilitas umum seperti stasiun atau bandara, dan lain sebagainya," kata dia.
"Lalu misal kita membeli private car (listrik), terus bisa di recycle ke fleet business seperti menjadi taksi dan sebagainya. Pada akhirnya akan berputar terus tak berhenti di satu titik. Itu bisa juga," ucap Bob lagi.
Selain itu, ekosistem pada sektor pembiayaan alias leasing juga menjadi penting sebab, ketimpangan kelas ekonomi di Indonesia cukup besar. Sehingga seluruh lapisan masyarakat bisa berkontribusi terhadap pengurangan emisi.
Baca juga: Cara Mengatur Waktu Pengapian Mesin Mobil Konvensional
Tidak lupa juga soal pengadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yang baiknya ditentukan jarak keberadaannya antara fasilitas serupa lainnya.
"Mobil listrik itu memang harus mahal di awal karena ada berbagai aspek yang menuntut hal tersebut. Berbeda dengan kendaraan berbahan bakar minyak ya. Jadi finance company ini harus berhitung lagi," kata Bob.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.