JAKARTA,KOMPAS.com - Aturan pembatasan bahan bakar jenis Pertalite untuk mobil berkapasitas 2.000 cc ke atas sedang dikaji Pemerintah.
Pertalite merupakan bahan bakar RON 90 yang di desain untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1 hingga 10:1.
Sayangnya, tak sedikit kendaraan dengan rasio kompresi di atas 10:1 yang malah menggunakan pertalite dengan alasan faktor harga, apalagi setelah harga Pertamax melambung tinggi.
Tak heran, mobil-mobil produksi modern sering mengalami gejala ngelitik karena tumpukan deposit karbon dpada ruang bakar.
Baca juga: Belum Terima QR Code, Apakah Masih Bisa Beli Pertalite dan Solar?
Kepala Bengkel Honda Kusuma Siliwangi Teguh Dwi Harianto mengatakan, pemakaian bahan bakar BBM kualitas di bawah standar rekomendasi pabrikan untuk mobil kompresi tinggi dapat menyebabkan kinerja sejumlah komponen terganggu.
"Efek di pengapian kinerja mobil kurang responsif, pengaturan sensor ECU di desain menggunakan BBM kualitas Premium," ucapnya kepada Kompas.com, Rabu (29/6/2022).
Menurut Teguh, imbas menggunakan bahan bakar oktan rendah yang tidak cocok dengan kompresi, akan membuat pengendapan kotoran di jalur saluran bahan bakar, bahkan bisa mengubah manipulasi data pengaturan ECU.
Teknisnya, timing pembakaran BBM Pertamax dan Pertalite sedikit berbeda sehingga mesin mengalami masalah knocking.
"Suhu ideal kerja mesin jika menggunakan bahan bakar Pertamax ketika proses pengabutan titik pengapian maksimun beda dengan Pertalite maupun Premium. Detonasi atau pengapian terlambat," ujar Teguh.
Baca juga: Gemar Konsumsi Pertalite, Ini Dampaknya Buat LCGC
Efek buruk lainnya, kandungan sulfur Pertalite dalam jangka panjang bisa menyebabkan sejumlah komponen di jalur sirkulasi bahan bakar tersumbat.
"Bahan bakar Premium atau Pertalite tidak sesuai anjuran pabrikan, efeknya ke fuel pump lebih cepat bermasalah. Kondisi filter bensin juga cepat kotor, sistem injektor terutama nozzle tersumbat jadi pengabutan bahan bakar tidak sempurna," katanya.
Menurut Teguh, mesin kompresi di atas 10:1 bila terus menenggak BBM oktan rendah bisa dilihat dari warna busi. Pembakaran yang sempurna ditandai warna kecokelatan, begitupun dengan asap pembuangan knalpot berbau lebih menyengat.
"Risikonya filter bensin cepat kotor, fuel pump rusak, busi cepat kotor, sensor oksigen knalpot atau cataytic converter tersumbat," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.