Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gemar Konsumsi Pertalite, Ini Dampaknya buat LCGC

Kompas.com - 30/06/2022, 11:31 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya teknologi yang modern, rata-rata mobil saat ini juga memiliki kompresi yang relatif tinggi, termasuk untuk sekelas mobil murah ramah lingkungan alias low cost green car (LCGC). 

Karena itu, penggunaan bahan bakarnya pun tak boleh asal. Pabrikan sendiri pada dasarnya sudah merekomendasikan penggunaan RON 92 pada LCGC dengan tujuan menjaga performa mesin .

Secara teknis, mesin LCGC memperhitungkan emisi karbon rendah. Artinya, bila menggunakan bahan bakar minimal RON 92, hasil pembakaran bakal lebih sempurna.

Baca juga: Catat, Ini Syarat Mendaftar Beli Pertalite dan Solar Mulai 1 Juli


Walau demikian, pada kenyataannya banyak pemilik LCGC malah menggunakan bahan bakar di luar spesifikasi. Contoh Pertalite dengan RON 90 yang sesaat lagi pembeliannya bakal dibatasi. 

Meski lebih murah, penggunaan bahan bakar yang tak sesuai rekomendasi pabrik bisa membuat masalah dikemudian hari.

Kepala Bengkel Honda Kusuma Teguh Dwi Harianto mengatakan, ada beberapa efek kerusakan ringan hingga sedang yang bisa terjadi pada sejumlah komponen.

Komparasi LCGC antara Toyota Agya dan Daihatsu AylaKOMPAS.com/DIO DANANJAYA Komparasi LCGC antara Toyota Agya dan Daihatsu Ayla

Dengan penggunaan bahan bakar yang tak sesuai untuk LCGC, dalam hal ini bensin oktan 90 ke bawah, dampaknya bisa menimbulkan ngelitik atau knocking.

"Bahan bakar oktan rendah tidak sesuai anjuran, jangka panjang komponen seperti filter bensin, dan tangki bahan bakar cepat kotor. Untuk sistem pembakaran usia pakai busi juga lebih pendek," katanya kepada Kompas.com, Rabu (29/6/2022). 

Baca juga: Ini Mobil yang Berpotensi Tidak Bisa Beli Pertalite Lagi

Teguh melanjutkan, mengonsumsi oktan 90 ke bawah sangat tak disarankan karena ada kotoran lumpur yang mengendap di tangki bahan bakar.

Selain itu, jalur sirkulasi bahan bakar juga berisiko cepat tersumbat, terutama filter bensin mudah terkontaminasi kotoran yang naik dari tangki. 

"Dari filter bensin juga cepat kotor, sistem nozzle injector tersumbat pengabutan bahan bakar tidak sempurna," ucapnya. 

Bengkel Siaga HondaHPM Bengkel Siaga Honda

Teguh mengatakan, filter bensin yang kotor membuat sistem penyaringan sirkulasi bahan bakar ke injektor jadi rendah. Hasilnya, daya semprotan nozzle berkurang yang membuat output tenaga mesin juga menurun.

"Sistem pengapian otomatis akan menyesuaikan jenis BBM masuk ruang bakar. Hasilnya suhu kerja mesin ideal ketika menggunakan Pertamax dan Pertalite sedikit berbeda 1-3 detik," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau