Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kecelakaan Bus di Bali, Begini Tips Cegah Rem Blong

Kompas.com - 19/06/2022, 15:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tabrakan beruntun karena bus yang hilang kendali terjadi di Jalan Raya Singaraja-Denpasar km 48,9, Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu (18/6/2022) sekitar pukul 12.30 Wita.

Dikutip dari Kompas Regional, Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra mengatakan, kecelakaan tersebut melibatkan bus pariwisata dengan 7 mobil dan 3 sepeda motor.

Kronologi kecelakaan berawal dari bus pariwisata yang dikemudikan AS (38) melaju dari arah Singaraja menuju ke Denpasar.

Baca juga: Dua Bus Baru PO Efisiensi, Tampil Segar dengan Livery Anyar

Kecelakaan beruntun di Jalan Raya Singaraja - Denpasar, wilayah Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu (18/6) siang. Sebuah bus pariwisata menabrak sejumlah kendaraan.Instagram Punapi Bali Kecelakaan beruntun di Jalan Raya Singaraja - Denpasar, wilayah Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu (18/6) siang. Sebuah bus pariwisata menabrak sejumlah kendaraan.

"Setibanya di TKP, kendaraan (bus) sudah oleng tidak terkendali kemudian menabrak sebuah mobil Avanza yang datang dari arah berlawanan," jelasnya.

"Sekitar 400 meter dari TKP awal, bus terperosok di perkebunan warga sedalam sekitar 5 meter dari jalan umum," jelasnya.

Seorang warga bernama Ni Wayan Wandani (30), asal Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Tabanan, tewas akibat kejadian itu. Korban meninggal dunia ditabrak saat berjalan kaki usai sembahyang.

Baca juga: Jangan Pakai Pelat Nomor Motor Model Thailook

"Korban luka-luka dalam kecelakaan ini ada 8 orang," jelasnya.

Berdasarkan pemeriksaan awal dari saksi dan sopir, kuat diduga bus mengalami rem blong. Namun pihak tim TAA (Traffic Accident Analisys) Ditlantas Polda Bali masih melakukan penyelidikan.

Berdasarkan kejadian tersebut, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, mengerem di jalan yang datar dan menurun berbeda.

"Jika kita mengerem di jalan datar, roda berhenti berputar, putaran mesin turut melambat. Jadi menghentikan kendaraan di jalan datar hanya dengan rem itu efektif," kata Wildan kepada Kompas.com, belum lama ini.

"Tidak demikian di jalan menurun. Saat mengerem, roda hanya sesaat berhenti. Begitu rem diangkat maka roda kembali berputar oleh gaya yang jauh lebih besar. Inilah energi potensial yang diciptakan gaya gravitasi," ujarnya lebih lanjut.

Perilaku pengemudi bus yang hanya mengandalkan rem kaki atau service brake berpotensi rem blong. Komponen rem seperti kampas dan cakram yang overheat menyebabkan brake fading, jadi tidak ada gesekan, sehingga bus terus meluncur.

Maka dari itu, telah disediakan rem dalam berbagai macam demi keselamatan. Selain rem utama yang berbasis gesekan untuk mengerem di jalan datar, ada rem pembantu berupa engine brake dan exhaust brake.

Fungsi dari kedua rem pemantu adalah untuk menahan putaran mesin dan roda dalam melawan gaya gravitasi. Jadi yang diperlambat adalah putaran roda, bukan untuk menghentikan seperti rem utama yang memakai pedal di kaki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau