Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Teknologi Hybrid yang Banyak Dilirik Pabrikan Mobil

Kompas.com - 10/06/2022, 15:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

Mau mobil sedang melaju kencang, jalan pelan atau sedang terjebak macet, kedua komponen tersebut selalu bekerja. Hanya saja terkadang pada kecepatan rendah mesin konvensional menyalurkan tenaganya untuk mengisi baterai seperti alternator pada kendaraan biasa.

Konsep hybrid sepert ini juga diterapkan pada beberapa mobil di pasaran seperti Honda Insight, Civic, Accord. Honda menamai paralel hybrid ini dengan sebutan Intergrated Motor Assist (IMA). Selain Honda, beberapa produk dari BMW dan Mercedes Benz juga menggunakan konsep paralel hybrid ini. 

Baca juga: Meluncur Besok, Begini Cara Kerja Suzuki Smart Hybrid pada Ertiga

Serial-paralel hybrid

Nah, yang terakhir serial-paralel hybrid, ini merupakan konsep yang paling efisien. Hal ini dikarenakan mesin konvensional dan motor listrik bisa bekerja terpisah.

Saat putaran rendah, maka motor listrik yang menjadi sumber tenaga tunggal untuk suatu kendaraan. Sementara pada kecepatan sedang hanya mengandalkan putaran mesin konvensional sebagai sumber tenaga.

Jadi, antara mesin dan motor listrik tersebut ada yang mengatur kapan motor listrik harus kerja sebagai tenaga kendaraan, kapan mesin harus kerja sebagai tenaga kendaraan, dan kapan mereka harus bekerja secara bersamaan.

Baca juga: Meluncur Besok, Begini Cara Kerja Suzuki Smart Hybrid pada Ertiga

Lexus ES Hybrid telah menjadi salah satu the most favorite hybrid electric sedan di Indonesia. DOK. LEXUS Lexus ES Hybrid telah menjadi salah satu the most favorite hybrid electric sedan di Indonesia.

Bahkan, selain sebagai sumber tenaga mobil, motor listrik juga bisa berfungsi sebagai generator atau pembangkit listrik. Sehingga baterai akan senantiasa terisi ketika motor listrik sedang tidak bertugas sebagai sumber tenaga mobil. Semua itu disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan.

Pada penjelasan kanal Youtube Toyota Global Official, ada kalanya mesin tidak bekerja sama sekali, sehingga hanya mengandalkan tenaga motor yang digerakkan oleh listrik dari baterai. Model seperti ini akan dijumpai ketika mobil mulai menyala hingga berjalan pelan.

Dengan demikian, saat itu mobil digerakkan oleh motor listrik secara penuh. Tanpa suara mesin, tanpa mengonsumsi bahan bakar. Ini artinya tidak ada emisi, dan tanpa mengonsumsi bahan bakar. Mode ini akan berakhir ketika pengemudi membutuhkan mobil melaju lebih kencang atau akselerasi.

Baca juga: Naik Rp 11 Jutaan, Ini Bocoran Harga Suzuki Ertiga Hybrid

Nissan Juke HybridDok. Motor1.com Nissan Juke Hybrid

Ketika kendaraan melaju sedang, mesin menjadi sumber tenaga kendaraan secara penuh. Saat itu motor listrik sedang bertugas sebagai generator untuk mengisi daya baterai bila status baterai membutuhkan pengisian. Tapi bisa saja motor listrik enggak bekerja bila baterai sudah terisi penuh.

Baru, ketika pengemudi membutuhkan tenaga besar seperti akselerasi, atau menanjak, mesin dan motor listrik akan bekerja sama sebagai sumber tenaga kendaraan. Sehingga tenaga yang dihasilkan maksimal.

Begitu pengemudi melakukan pengereman atau melepas pedal gas, secara spontan motor listrik yang tadinya sebagai sumber tenaga kendaraan berubah sebagai generator untuk mengisi baterai. Hal itu bisa berjalan dengan baik berkat ECU senantiasa mengaturnya.

Baca juga: Toyota Meluncurkan Corolla Altis Hybrid 2023, Tenaganya Meningkat

Ilustrasi teknologi e-Smart Hybridpaultan.org Ilustrasi teknologi e-Smart Hybrid

Tentu saja ECU tidak bekerja sendirian. Dia dibantu oleh berbagai sensor yang tersebar di titik-titik krusial pada kendaraan, seperti; roda, pedal gas, output transmisi, pedal rem, dan masih banyak lagi tentunya.

Beberapa mobil sudah menggunakan konsep ini, salah satunya Toyota Prius yang menyandang mobil hybrid paling irit bahan bakar di dunia. Selain itu juga ada Ford Escape Hibrida, dan Toyota Camry Hybrid 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com