JAKARTA, KOMPAS.com - Kendaraan bermotor listrik dinilai bukan satu-satunya cara yang efektif untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri otomotif di dunia.??
Menurut pandangan asosiasi otomotif Italia, ANFIA, teknologi lain dapat saja membantu mendekarbonisasi industri serta memenuhi target emisi yang sama sembari mempertahankan kecakapan dan pekerjaan.
"Saya mengacu pada kontribusi nyata bahwa biofiel dan bahkan bahan bakar sintesis, serta hidrogen, dapat memberikan hal serupa," kata Ketua ANFIA Paolo Scudieri sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (1/6/2022).
Baca juga: Wuling Perkenalkan Mobil Listrik untuk Pasar Indonesia
Bahkan, lanjut dia, industri otomotif di Italia sudah melakukan investigasi besar pada kendaraan hidrogen.
Lebih jauh, hidrogen dan bahan bakar sintetis, disebut sebagai e-fuel, sedang dikembangkan untuk memungkinkan peralihan dari penggunaan kendaraan bermesin bakar daripada beralih secara besar-besaran ke kendaraan listrik baterai (BEV).
Jika sangat berfokus pada teknologi BEV, maka, menurut Scudieri, akan menimbulkan risiko pada sekitar 73.000 pekerjaan di Italia di tahun-tahun mendatang, yang tidak akan dikompensasi oleh sekitar 6.000 pekerjaan baru yang diharapkan akan tercipta dengan adanya mobilitas listrik.
Dia menambahkan sekitar 450 pembuat suku cadang mobil di Italia, dari total 2.200, berisiko gulung tikar karena mereka belum mulai mengalihkan produksi ke teknologi listrik.
Komisi Eropa telah mengusulkan pengurangan 100 persen emisi CO2 pada 2035 untuk industri.
Baca juga: Alasan Kenapa Balapan Formula E Selalu Diadakan di Perkotaan
Target tersebut, yang merupakan bagian dari paket kebijakan perubahan iklim yang diluncurkan tahun lalu, tidak memungkinkan untuk menjual kendaraan bertenaga bahan bakar fosil baru di blok 27 negara dimaksud.
Parlemen Eropa akan mengadakan debat pada pekan depan yang membahas sejumlah kebijakan iklim, termasuk rencana untuk secara efektif melarang mobil bermesin bakar pada tahun 2035.
Scudieri menilai tidak ada posisi yang kuat di antara kelompok-kelompok politik yang berbeda dalam parlemen Eropa.
"Setiap suara akan dihitung dan harapan saya adalah Anggota Parlemen Eropa (MEP) akan memilih juga dengan mempertimbangkan kepentingan negara," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.