JAKARTA, KOMPAS.com – Perlu strategi jitu dalam meningkatkan minat masyarakat agar kembali menggunakan angkutan umum pada masa transisi, yakni dari pandemi COVID-19 ke endemi bahkan setelah kondisi normal.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) DKI Jakarta Yusa Cahya mengatakan, salah satu strategi yang bisa disiapkan adalah tarif integrasi yang kompetitif.
Menurut Yusa, banyak warga pengguna angkutan umum akhirnya beralih menggunakan kendaraan pribadi selama masa pandemi COVID-19 karena khawatir akan penularan virus.
Baca juga: Segini Biaya Bikin Satu Bus Besar di Indonesia
"Kita perlu menarik kembali pengguna angkutan umum yang terlanjur pindah ke kendaraan pribadi karena masalah kesehatan, salah satunya dengan integrasi tarif transportasi yang lebih terjangkau," ujar Yusa, disitat dari Antara (19/5/2022).
Yusa menjelaskan tarif yang terjangkau menjadi salah satu faktor yang menarik minat masyarakat dari integrasi antarmoda.
JakLingko sebelumnya telah mengusulkan penumpang hanya sekali membayar dengan tarif Rp 10.000 jika menggunakan transportasi yang berbeda.
Baca juga: Video Honda Brio Terobos Macet Pakai Strobo dan Sirene di Malang
Sebelum integrasi, penumpang harus membayar tarif Rp 17.000 ketika menaiki MRT Jakarta dan dilanjutkan TransJakarta.
Misalnya, biaya MRT Jakarta dari stasiun awal hingga akhir sebesar Rp 14.000 ditambah biaya TransJakarta Rp 3.500 sehingga total Rp 17.500. Apabila dengan integrasi tarif, penumpang hanya membayar maksimum Rp 10.000.
"Memang tidak hanya tarif yang diintegrasikan. Integrasi juga termasuk dari pembenahan stasiun dan halte agar penumpang nyaman, tetapi tarif ini langkah penting untuk mengubah pola masyarakat dari kendaraan pribadi ke angkutan umum," ucap Yusa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.