Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Memanjakan Anak Bonceng di Jok Depan Motor, Berbahaya!

Kompas.com - 26/03/2022, 09:02 WIB
Serafina Ophelia,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memboncengkan anak di jok depan pada sepeda motor masih jadi kebiasaan yang terkesan lumrah dan wajar dilakukan. Padahal, perilaku ini terlalu berbahaya saat motor mengalami kecelakaan, bisa fatal.

Seperti yang terjadi di Tamansari, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (25/3/2022). Beruntungnya, dalam kejadian ini baik kedua pemotor maupun anak kecil yang dibonceng di jok depan hanya mengalami luka ringan.

Baca juga: Pemotor, Hindari Berkendara Saat Hujan Deras

Kebiasan ini dapat membuat pengendara motor lebih mudah kehilangan keseimbangan saat harus bermanuver seperti berbelok atau berpindah lajur. Tidak hanya itu, keselamatan anak yang bonceng di depan juga sangat tidak terjamin keamanannya.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan, membonceng anak di jok depan membuat motor mudah mengalami ketidakseimbangan.

"Banyak kejadian-kejadian yang akhirnya pengemudi hilang kendali. Bahkan, habis itu kejadian penumpang yang bonceng di belakang, karena dia dimensinya adalah anak-anak yang kakinya belum menempel ke pijakan kaki atau foot step, anak itu jatuh," ucap Jusri, menjelaskan pada Kompas.com beberapa waktu lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dashcam Indonesia (@dashcamindonesia)

Ia menjelaskan, saat terjadi kecelakaan yang melibatkan anak sebagai penumpang sepeda motor, baik orangtua maupun pengguna jalan lain yang terlibat dalam kecelakaan bisa terkena hukuman. 

"Karena, ada aturan Undang-Undang, tanggung jawab penumpang ada pada pengemudi," jelas Jusri.

Baca juga: Tilang Elektronik di Jalan Tol Siap Diberlakukan, Tindak Overspeed dan ODOL

Jusri menekankan, apapun alasannya, tidak ada alasan untuk pemotor membonceng anak kecil menggunakan sepeda motor. Khususnya, jika anak tersebut kakinya belum bisa menapak pada foot step motor, memperbesar kemungkinan anak tersebut hilang keseimbangan dan terjatuh.

"Enggak ada excuse. Anak itu tergantung. Kalau keselamatan dia itu kebutuhan hidupnya, ya dia naik mobil. Dia enggak punya mobil? Ya naik angkot, taksi, bus. Karena ingat, disampaikan juga kepada masyarakat, kecelakaan itu nilainya tidak terhingga," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau