JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap jalan tol, idealnya memiliki lajur darurat untuk meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan fatal. Namun, tak banyak lajur tersebut yang tersedia, kalaupun ada tidak layak.
Lajur darurat dibuat untuk menahan kendaraan yang biasanya mengalami rem blong. Kendaraan ditahan dengan masuk ke gravel bed atau area kerikil yang bisa menyerap laju kecepatan.
Baca juga: Viral Lajur Darurat di Tol Jagorawi yang Tak Layak, Jasa Marga Sebut Sudah Tidak Dipakai
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, lajur darurat di Indonesia masih sekadar ada saja. Menurutnya, keberadaan runaway truck ramp ini seharusnya dipelihara sedemikian rupa sebagaimana lajur atau area gravel bed.
"Gravel bed itu komposisi pasir, batu, dan agregat, harus sedimikian rupa. Sebab, dengan adanya curah hujan dan dibiarkan saja, gravel bed akan padat," ujar Jusri, ketika dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Jusri menambahkan, ketika lajur darurat tersebut menjadi padat atau campurannya hilang, fungsi utama menyerap laju kecepatan akan hilang.
Baca juga: Ingat, Minggu Depan Tilang Elektronik di Jalan Tol Mulai Aktif
"Biasanya, runaway truck ramp ini ada di jalur menurun. Lajurnya sendiri tidak dibuat rata atau sesuai dengan elevasi turunan tersebut, tapi dibuat menanjak," kata Jusri.
"Tapi, ini jadi masalah ketika lajur darurat ini permukaannya padat. Selain padat, dibuat lagi model gundukan-gundukan yang fungsinya mengurangi laju kendaraan. Tapi, karena hujan dan tidak digaruk, mungkin berbulan-bulan hingga tahunan, bukit-bukit yang seperti speed bump tersebut akan jadi permukaan yang padat," ujarnya.
Jusri menjelaskan, ketika truk masuk dan menghantam gundukan pertama, kendaraan bisa terbang. Dengan begitu, mobil justru akan kehilangan kendalinya.
"Menurut saya, kondisi lajur darurat di Indonesia sangat tidak benar. Ini sebenarnya indikasi lemahnya pemahaman tentang keselamatan di masyarakat," kata Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.