JAKARTA, KOMPAs.com - Touring sepeda motor khususnya motor besar (moge) kerap disorot oleh masyarakat, karena dianggap arogan di jalan dan dekat dengan perangai ugal-ugalan.
Contoh kasusnya terjadi belum lama ini, Dua bocah meninggal usai menjadi korban tabrak rombongan sepeda motor Harley-Davidson di Pangandaran, Jawa Barat, Sabtu (12/3/2022), pukul 13.15 WIB.
Peristiwa berawal saat rombongan motor Harley melaju kencang dari arah Banjar menuju Pangandaran. Di sisi lain kedua bocah tersebut hendak menyeberang jalan.
Baca juga: Sering Hantam Lubang, Bikin Setir Mobil Speleng
Ada kesan pengendara Harley butuhkan pengecualian lebih dari pengguna jalan. Sebab motor asal Amerika Serikat tersebut berat dan panas, sehingga jalannya mesti ngebut atau kondisi kencang.
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, Harley memang berat dan panas tapi hal itu risiko naik moge, bukan berarti mesti diberikan pengecualian di jalan.
"Itu hanya pembenaran saja. Saya juga naik Harley dan ngajar Harley. Jadi itu pembenaran saja kalau bilang demikian. Memang berat, kalau berat iya bisa setengah ton, kemudian panas iya otomatis panas," kata Jusri kepada Kompas.com, Selasa (15/3/2022).
"Tapi pertanyaanya ialah (apakah) dengan kondisi tersebut kita (berhak) minta eksklusifitas atau pengecualian, tidak, tidak seperti itu. Apakah harus dikawal tidak juga," kata Jusri.
Namun Jusri mengingatkan, jika memang ada rombongan yang sudah dikawal polisi maka mau tidak mau pengendara lain mesti mengikuti aturan pengawalan.
Baca juga: Power Nap, Obat Jitu Bila Ngantuk Saat Berkendara
"Masyarakat sendiri tidak paham pasal 134-135. Kalau ada pengawalan itu minggir, ada ambulance saja kita minggir. Jadi jangan semata dibebankan suatu kelompok tertentu," katanya.
"Ada kelopok sipil yang dikawal, hal itu tujuannya untuk memberikan notifikasi kepada pengguna jalan lain ada rombongan. Hati-hari, prioritaskan. Tapi mereka (masyarakat) tidak (mau kasih jalan)," katanya.
Jusri mengatakan, ada kesan mendalam di masyarakat bahwa rombongan motor ketika touring selalu ngebut atau kebut-kebutan.
Jusri mengatakan, bicara ngebut anggapan tersebut tidak selalu benar sebab ngebut sifatnya subyektif.
Baca juga: Makin Percaya Diri, Pol Sebut Honda RC213V Lebih Aman dan Kencang
"Tidak selalu ngebut. Saya suka touring tapi tidak juga, walaupan ada. Dalam hal ngebut ini perlu diperhatikan definisinya. Ngebut kalau terlalu cepat dari kondisi yang ada itu sudah pasti (melanggar)," katanya.
"Ngebut itu definisinya bukan hanya melangar batas rambu kecepatan maksimal, tapi ketika kecepatan itu lebih tinggi dari kondisi yang ada," katanya.
"Kondisi ini dilengkapi beberapa faktor, pertama manusia yakni kemampuan dia dan keletihan, ketika letih kecepatan apapun sudah terlalu cepat. Kemudian kondisi kendaraan, ban tidak layak, atau tekanan tidak benar," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.