Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul, Perlukah Jalur Penyelamat?

Kompas.com - 07/02/2022, 06:41 WIB
M. Adika Faris Ihsan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Terjadi kecelakaan bus pariwisata menabrak Bukit Bego, di Jalan Imogiri-Mangunan, Padukuhan Kedungbueng, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (6/2/2022).

Dilansir dari Kompas.com, menurut kesaksian warga, bus meluncur dengan kecepatan lebih dari 80 kilometer per jam. Bus melaju di jalan menurun dengan kondisi sudah agak oleng karena hilang kendali, dan berakhir dengan menghantam tebing di sisi kanan jalan.

Dugaan sementara, kendaraan mengalami kegagalan pengereman. Terdapat indikasi bahwa sistem pengereman tidak berfungsi maksimal.

Baca juga: Kecelakaan Bus Pariwisata di Imogiri, Kompetensi Sopir Dipertanyakan

Melihat kondisi tersebut, apakah Jalan Imogiri-Mangunan membutuhkan jalur penyelamat sebagai fasilitas keselamatan pasif pada jalan? Mengingat Jalan Imogiri-Mangunan memiliki turunan panjang dari arah timur menuju barat. Jalur penyelamat berperan penting dalam menurunkan risiko fatalitas korban kecelakaan.

Apa itu Jalur Penyelamat?KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Apa itu Jalur Penyelamat?

Kepada Kompas.com beberapa waktu lalu Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan menuturkan, pembangunan jalur penyelamat bergantung pada banyak variabel penelitian, baik dari geometrik jalan hingga kepadatan lalu lintas.

"Pertama adalah geometrik jalan. Variabel ini ada dalam kendali kita dan mudah mengambil datanya. Di lapangan, KNKT melakukan survei dengan mengendarai mobil menggunakan gigi transmisi 2 lalu meluncur dari atas. Pada titik di mana kecepatan mobil naik, itu diidentifikasi sebagai potensi rem blong karena pengemudi akan mengerem panjang di situ," kata Wildan.

Baca juga: Polisi Terapkan Lagi Pembatasan Mobilitas di Jakarta, Ini Ruas Jalan yang Ditutup

Namun, survei tersebut hanya bisa menentukan jarak area potensi terjadinya rem blong, belum menentukan titik tepat yang dinilai rawan kecelakaan. Sebab ada sejumlah variabel lanjutan lainnya di luar kendali.

"Variabel kedua adalah jenis kampas rem (yang umum dipakai) dan tingkat ketahanan terhadap panas. Kampas berwarna muda menunjukkan komposisi material lebih banyak non-metal sehingga ketahanan terhadap panas relatif rendah. Jenis kampas ini banyak di pasaran dan ini di luar kendali kita," ucap Wildan.

Jalur Penyelamatan Semarang-Solo Jalur Penyelamatan Semarang-Solo

Lalu pada kendaraan niaga, ada pula variabel kondisi airtank dalam sistem pengereman. Umumnya kendaraan membutuhkan pembuangan angin 0,3 bar untuk sekali mengerem.

Baca juga: Risiko Kebiasaan Isi BBM Tidak Sampai Penuh

Namun seiring usia, terkadang ditemukan truk yang sekali mengerem membuang tekanan udara hingga 1 bar. Apabila tekanan angin sudah di bawah angka 6 pada indikator, maka pedal rem dan kopling akan sulit diinjak.

Terakhir, terdapat variabel karakteristik lalu lintas di jalan. Apakah jalan tersebut memiliki lalu lintas yang padat dan banyak dilalui kendaraan atau justru sepi dan lengang.

Sebagai contoh di Fly Over Kretek, Brebes. Lokasi tersebut memiliki lalu lintas yang padat. Apabila suatu kendaraan mengalami rem blong dan melaju setidaknya 10 detik saja, sudah bisa mencelakakan banyak pengguna jalan lain. Maka, area semacam itu butuh lebih dari satu jalur penyelamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau