Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNKT Sebut Hampir 90 Persen Kecelakaan Truk Terjadi di Turunan

Kompas.com - 28/01/2022, 14:21 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengungkapkan bahwa hampir 90 persen kecelakaan bus dan truk terjadi di turunan atau jalan yang menurun.

Sebab dalam kondisi tersebut, rem blong kerap terjadi sementara banyak pengemudi yang mengabaikan teknik penereman yang aman. Sehingga kendaraan menjadi lepas kendali pengemudi.

"Saya beritahu, hampir 90 persen lebih kecelakaan bus dan truk karena rem blong terjadi di jalanan menurun dan semuanya karena pengemudi mengabaikan teknik pengereman," katanya seperti dilansir Antara, Kamis (27/1/2022).

Baca juga: Mobil Listrik Toyota bZ4X Siap Masuk Indonesia

Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Kecelakaan yang diduga karena truk mengalami rem blong itu mengakibatkan sedikitnya 4 orang tewas, 1 orang kritis, 3 orang mengalami operasi tulang patah, dan 5 orang luka ringan.HO/TANGKAPAN LAYAR CCTV DISHUB B Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Kecelakaan yang diduga karena truk mengalami rem blong itu mengakibatkan sedikitnya 4 orang tewas, 1 orang kritis, 3 orang mengalami operasi tulang patah, dan 5 orang luka ringan.

Maka, ia menegaskan pentingnya para pengemudi angkutan bertonase berat tersebut untuk mengetahui teknik pengereman yang benar dan baik dalam segala kondisi jalan.

Pasalnya terdapat beberapa perbedaan teknik mengerem di permukaan datar dengan jalan menurun. Bila di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin.

Sedangkan di jalanan menurun, gerakkan kendaraan dipengaruhi oleh daya gravitasi.

"Ketika kita ngerem di jalan datar mengunakan service brake dengan rem pedal maka putaran mesin menurun, berhenti, selesai," kata Wildan.

"Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun, kita mengerem dengan pedal kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itua kan didorong lagi oleh daya gravitasi, artinya belum selesai," lanjut dia.

Jadi apabila melakukan pengereman di jalanan menurun, gunakanlah auxilary brake (rem tambahan yang digunakan dengan kombinasi rem biasa pada truk atau kendaraan berat).

"Bentuknya seperti apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada juga retarder yang terbaru," katanya.

Baca juga: Pengendara Motor Terpleset Nyaris Tertabrak Truk

Kecelakaan truk di tol Tangerang-Merakdok.Antara Kecelakaan truk di tol Tangerang-Merak

Ketika para pengemudi sudah mengabaikan hal itu, besar kemungkinan mereka akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kendaraan akan mengalami brake fading alias daya cengkram kampas rem berkurang karena panas akibat pemakaian berulang di kecepatan tinggi.

Angin juga tekor, serta vapor lock atau minyak rem terlalu panas sehingga mengurangi kemampuan rem.
Aapabila kendaraan yang digunakan mengalami brake fadding atau kampasnya panas, maka rem kendaraan itu akan menjadi licin yang memungkinkan roda tetap berputar.

"Ketika saya tanya pengemudinya, apa yang bapak rasakan? Saya bisa negrem tapi roda mutar sehingga saya bisa simpulkan bahwa mobil itu mengalami brake fading," ujar Wildan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com