JAKARTA, KOMPAs.com - Cepat atau lambat elektrifikasi diyakini bakal jadi pemain kunci kendaraan global. Tak cuma untuk transportasi tapi juga di ranah hiburan dan olahraga yaitu balap.
Saat ini balap motor listrik juga sudah ada yaitu MotoE. Dimulai dari keikutsertaan Energica sebagai pemasok tunggal MotoE dan berubah jadi Ducati mulai musim 2023 mendatang.
Meski demikian, CEO KTM Stefan Pierer tidak percaya elektrifikasi merupakan jawaban motor berperforma tinggi. Motor listrik masih sebatas untuk motor kecil termasuk skutik dan moped.
Baca juga: Kenal Lebih Dekat dengan Motor Balap Honda NSF250R
Pierer mengatakan, arah kelas premier atau MotoGP untuk beralih menjadi listrik masih cukup lama setidaknya baru terjadi pada 2035.
“Kami berasumsi bahwa dengan daya listrik 48 volt hingga kelas A1, yaitu 11 kilowatt atau 15 tk, banyak yang akan menjadi listrik dalam sepuluh tahun ke depan, terutama di Eropa,” kata Pierer mengutip Rideapart, Jumat (14/1/2022).
“Itu berlaku untuk skuter dan moped. Seluruh mesin 2-tak akan mati. Segala sesuatu yang menyangkut kendaraan bermotor roda dua di atas 48 volt mengarah ke bahan bakar elektronik. Ada rencana pengembangan yang sangat jelas antara pabrikan," ujarnya.
Baca juga: Penglihatan Mulai Membaik, Marc Marquez Mulai Kembali Latihan
Karena itu, tentu saja, motor balap masuk kategori “lebih dari 48 volt” ditambah Dorna Sport mengumumkan rencana untuk mengintegrasikan bahan bakar elektronik pada November 2021.
Berdasarkan rencana, semua balap Grand Prix FIM akan menggunakan 40 persen bahan bakar non-fosil pada 2024. Kemudian 2027 beralih ke bahan bakar alternatif 100 persen.
Pierer melihat ini sebagai bukti bahwa mesin pembakaran internal alias mesin bensin masih dipakai pada 2030.
Baca juga: Target Toyota Jualan New Fortuner Sama Seperti Tahun Lalu
“Kita masih bisa berkendara dengan mesin pembakaran selamanya. Elektromobilitas adalah omong kosong yang didorong oleh politisi yang tidak berpendidikan secara politik," katanya.
"Untuk motor MotoGP yang menghabiskan 20 liter BBM, Anda akan membutuhkan baterai 500 kg untuk mencapai kinerja dan jangkauan yang sebanding dan untuk menciptakan kepadatan energi yang sama,” katanya.
“Sampai 2035, saya tidak melihat ada pengganti mesin bakar di GP," katanya.
Apa yang akan terjadi pada jutaan mesin siklus pembakaran yang ada? Bahan bakar sintetis adalah solusinya, bukan penggerak listriknya. Karena bahan bakar ini bebas CO2,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.