JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah tampil perdana di IIMS 2021 lalu, akhirnya redaksi berkesempatan merasakan sensasi berkendara Fin Komodo Bledhex yang dibekali tenaga listrik langsung di habitat aslinya.
Kendaraan multiguna garapan PT Fin Komodo Teknologi asal Cimahi, Jawa Barat ini, secara tampilan memang tak berbeda dengan versi konvensional. Termasuk dari sisi layout interior yang memang hanya diperuntukan untuk membawa dua penumpang saja.
Namun bicara soal tenaga, sudah pasti sangat jauh bedanya. Tapi sebelum mengulik soal sensasi berkendara, seperti biasa kita awali dulu dengan sedikit mengupas tampilan luar dalamnya.
Baca juga: Toyota dan Panasonic Siap Produksi Baterai Mobil Listrik Murah
Bicara dari segi dimensi, kendaraan listrik karya anak bangsa ini memiliki panjang 3.400 mm, lebar 1.635 mm, dan tinggi 1.645 mm. Sedangkan ground clearence dibuat cukup jenjang, yakni 310 mm, untuk menyesuaikan fungsinya yang bisa melintasi segala medan.
Untuk rangka, Fin Komodo Bledhex menggunakan tubular, bagian suspensi depan mengusung full independent double whisbone dengan per keong, demikian juga untuk belakang.
Nah, ini yang menarik, pasalnya rancang bangun Fin Komodo yang terkontruksi dengan baik dan saling berhubungan antara satu komponen dengan lainnya, membuat kendaraan ini punya tingkat kestabilan yang sangat baik di medan terjal, bahkan ketika tancap gas sekalipun.
Sama dengan versi konvensional, kapasitas tampung yang dimiliki hanya untuk dua orang, sementara jok dibuat semi racing hasil karya IKM lokal. Sabuk pengaman 4 titik juga sudah tersedia sebagai perangkat keselamatan.
Meski layot interior sama, tapi dari instrumen dasbor Fin Komodo Bledhex sudah serba digital melalui layar sentuh android. Sementera untuk pengoperasian transmisi tetap mengusung model matik.
Baca juga: Kebut Elektrifikasi, Kemenperin Kembangkan Baterai dan SPKLU
Ibnu Susilo, pendiri PT Fin Komodo mengatakan, konsep dari pengembangan Bledhex sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari, tepatnya dimulai dari 2013 lalu. Namun karena kondisi, pada 2014 prosesnya sempat dihentikan.
"Waktu itu berhenti karena dana, lalu kami mulai lagi prosesnya di 2018 dengan mengandeng ITS dan kemitraan dengan LPDP," ucap Ibnu kepada Kompas.com, di Cimahi beberapa waktu lalu.
"Riset dan desain dilakukan pada tahun itu, lalu di 2019 kami melaukan pengujian jalan aspal dari Labuan Bajo, jadi rutenya NTT, NTB, masuk ke Bali, Pulau Jawa, dan selesai di DKI Jakarta," kata dia.
Total perjalanan menurut Ibnu kurang lebih 2.000 km untuk jalan aspal, dan saat pengujian perdana tersebut, Fin Bledhex diklaim mampu membuktikan diri lantaran tak ada masalah sama sekali.
Baca juga: Fin Komodo Siap Ramaikan Kendaraan Listrik
Pada tahun berikut, yakni di 2020, pengujian kembali dilakukan, namun kali ini khusus medan off-road yang dilakukan dengan jalur lintas hutan. Total jaraknya tempuhnya sejauh 1.500 km, dengan hasil tak ada kendala apapun.
"Kalau kendala tidak ada, saat pengujian untuk pengisian baterai kita kerja sama dengan PLN, jadi tiap mengisi itu kita lakukan di kantor-kantor PLN. Semua aman, baterai juga kita uji saat melintas di air dan lumpur tidak masalah," ucap Ibnu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.