JAKARTA, KOMPAS.com - Dewasa ini kendaraan bermotor yang di pasar Indonesia telah tersemat berbagai teknologi canggih dalam upaya meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara sehari-hari.
Satu diantaranya ialah melalui penggunaan transmisi yang lebih modern dan sederhana, yakni berjenis CVT (Continuously Variable Transmission). Sehingga pengoperasian suatu kendaraan menjadi tak terlalu sukar.
CVT sendiri merupakan suatu sistem pemindahan daya dari mesin menuju ban belakang menggunakan sabuk yang menghubungkan antara drive pulley dengan driven pulley dengan prinsip gaya gesek.
Baca juga: Segini Kisaran Denda Tilang Elektronik untuk Pengemudi Motor
Pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Tidak seperti kopling manual, CVT tak memerlukan girboks yang berisi serangkaian roda gigi sehingga tidak ada pengunci gigi untuk menentukan rasio gear yang dipakainya.
Fungsi dari CVT sendiri ialah untuk memudahkan pengguna kendaraan dalam mengatur kecepatan, karena pengendara tidak mengoperasikan transmisi dalam pengaturan kecepatannya.
Pada sistem atau teknologi ini, tenaga dari mesin bisa disalurkan dengan sempurna ke roda belakang dengan menyesuakan perubahan kecepatan dan torsi kendaraan dengan rasio tepat.
Maka, percepatan yang dihasilkan lebih konstan dan bebas entakan. Inilah kelebihan utama pada CVT sehingga dalam perjalanan cukup jauh penumpang bakal merasa lebih nyaman, di samping bisa menghemat bahan bakar.
Baca juga: Mengenal Sekilas Aerodinamika pada Mobil
Namun, perpindahan gigi yang halus itu membuat mobil dengan CVT kerap mengalami penurunan RPM pada beberapa kondisi tertentu dan akselerasi kurang responsif.
Lalu, CVT juga lebih besar berkemungkinan untuk menimbulkan panas seiring dengan pemakaian harian, sebagaimana dikatakan Bambang Supriyadi, Executive Coordinator Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor.
Panas yang timbul pada ruang CVT banyak disebabkan oleh adanya koefisien gesek pada bagian pulley, koefisien gesek pada kopling sentrifugal, dan akibat putaran mesin.
"Panas yang berlebihan akibat putaran mesin dapat menyebabkan kerusakan cukup serius terhadap beberapa komponen seperti V-belt. Oleh karenanya, harus dikendalikan atau diminimalkan," ujar dia kepada Kompas.com.
Berbicara perawatan mobil dengan teknologi CVT tidak jauh berbeda dengan mobil matik biasa. Pemilik perlu mengganti oli transmisi sesuai waktu jatuh tempo yang direkomendasikan pabrikan masing-masing.
Baca juga: Mengenal Power Steering yang Bikin Mudah Mobil Bermanuver
"Bedanya itu lebih ke faktor kerjanya saja, selebihnya sama. Anggapan CVT lebih riskan itu saat awal-awal mungkin, tapi sekarang-sekarang ini sudah mulai berkembang tanpa ada masalah lagi," ujar Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak, Suparna.
Hal senada juga diutakan oleh Kepala Bengkel Auto2000 Cibinong Deni Andrian. Menurut dia, anggapan transmisi CVT lebih ringkih sehingga membutuhkan perawatan ekstra, hanya sekadar image karena belum terlalu dikenal secara menyeluruh di kalangan masyarakat.
"Sama saja seperti saat transmisi matik masih baru dikenal. Jadi plus minus CVT sebenarnya lebih kepada image orang. Terbukti sekarang, semua produk terbaru pasti menonjolkan keunggulan CVT," kata Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.