Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Khas Ban Truk dan Bus yang Sering Melewati Pegunungan

Kompas.com - 15/09/2020, 11:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ban pada truk dan bus berfungsi untuk menahan beban kendaraan yang berat. Menahan beban yang berat saja merupakan pekerjaan yang berat dari ban, belum lagi jika sering melewati area pegunungan.

Kerja ban saat melewati area pegunungan yang terdiri dari tanjakan, turunan, serta berkelok tentunya lebih berat dibanding lewat jalan tol yang rata dan mulus. Ada kerusakan pada ban truk dan bus yang biasa melewati area pegunungan.

Independent Tire Analyst dan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Bambang Widjanarko mengatakan, kerusakan yang jamak terjadi pada ban di area tersebut yaitu bead crack.

Baca juga: Tim Satelit Yamaha Pimpin Klasemen MotoGP, Repsol Honda Paling Bawah

Bead crack pada banMaskurmambang Bead crack pada ban

Bead crack merupakan adanya retak pada bagian ban yang paling dekat dengan bibir pelek. Penyebab biasanya yaitu overheat,” kata Bambang kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Overheat yang terjadi pada ban dikarenakan melewati rute pegunungan yang mengharuskan penggunaan rem jadi lebih sering. Panas dari rem, serta kondisi kendaraan yang stop & go menyebabkan ban menjadi overheat.

“Panas pada ban berasal dari pelek, gesekan ban dengan aspal, dan rem tromol yang dipakai berulang kali. Kawat baja pada bead menjadi panas, lalu karet yang ada di area tersebut menjadi kenyal seperti jeli,” ucap Bambang.

Baca juga: Mengenal Bebek Trail Honda XRM125 DS

Jika karet yang seperti jeli tersebut diistirahatkan, lalu dipakai lagi sampai overheat, lama-kelamaan struktur molekulnya sudah berubah dan terjadi bead crack. Selain itu kondisi jalan yang berkelok menjadikan ban lebih mudah rusak pada area bead.

“Saran untuk mengantisipasi masalah tersebut yaitu istirahatkan kendaraan setelah melewati area jalan yang naik turun dan berkelok,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau