Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Sepeda Terobos Jagorawi, Bukti Bobroknya Moral Keselamatan

Kompas.com - 14/09/2020, 07:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Video rombongan pesepeda viral di media sosial setelah menerobos masuk Jalan Tol Jagorawi dan melawan arah, Minggu (13/9/2020). Kejadian tersebut langsung mendapat banyak respons, termasuk dari pengamat keselamatan.

Jusri Pulubuhu, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan bila kejadian tersebut menjadi salah satu contoh betapa bobroknya moral dan edukasi keselamatan di jalan raya bagi sebagian orang di Indonesia.

"Parahnya mereka tahu itu berbahaya dan membahayakan orang lain tapi mereka tetap melakukan," ucap Jusri kepada Kompas.com, Minggu (13/9/2020).

Jusri menjelaskan, kalau dijabarkan, dalam video tersebut ada beberapa kesalahan yang dilakukan para pesepeda tersebut. Pertama, masuk jalan tol yang memang terlarang buat pesepeda, tapi sengaja melanggar. Kedua, berjalan di jalur cepat. Ketiga, melawan arus atau contraflow

Baca juga: Jangan Terlalu Lama Mengemudi di Belakang Kendaraan Besar, Berbahaya!

"Hal itu sudah jelas tak bisa dibiarkan, tak hanya bisa dengan sanksi-sanksi denda, harus ada penindakan yang berat baik itu dari pengelola tol ataupun aparat. Tujuannya adalah memberikan efek jera, karena kalau tidak bisa dipastikan bakal terulang terus, baik itu sepeda lagi, motor, dan lainnya," kata dia.

rombongan pesepeda dalam video tersebut teridentifikasi memasuki Jalan Tol Jagorawi tepatnya Km 46+500 (Polingga), kejadian ini terjadi pada Minggu (14/9) sekitar pukul 11.00 WIB.Dok. Istimewa rombongan pesepeda dalam video tersebut teridentifikasi memasuki Jalan Tol Jagorawi tepatnya Km 46+500 (Polingga), kejadian ini terjadi pada Minggu (14/9) sekitar pukul 11.00 WIB.

Jusri mengatakan bila melihat dari jenis sepeda yang digunakan para pelaku, bisa diprediksi secara strata edukasi dan ekonomi, bukan lah orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Lantaran itu, dia sangat menyayangkan bila ternyata tindakan tersebut dilakukan oleh orang yang notabenya intelektual.

Kondisi itu pun kembali menjadi bukti adanya sebagain orang yang tahu tentang aturan tapi tidak mengerti dalam pelaksanaannya, atau bisa jadi, tahu larangan dan hukumnya namun justru sengaja melakukan pelanggaran.

Baca juga: Etika Belok Kiri di Persimpangan Meski Ada Rambu Belok Kiri Langsung

"Intinya selain berbahaya dan patut diusut tuntas, kejadian tadi menggambarkan rendahnya kesadaran akan keselamatan bahkan untuk diri sendiri. Tindakan para sepeda yang menggunakan road bike tadi juga sangat memalukan secara intelektual, karena masih saja melakukan prilaku kampungan, tidak sesuai dengan strata sosial," ujar Jusri.

Pelajaran lainnya, menurut Justri kedian tadi juga bisa menjadi kaca bari pemangku kekuasaan yang sebelumnya berencana melegalkan sepeda masuk jaln tol. Karena seperti diketahui, jalan raya itu merupakan medan perang yang berbahaya, apalagi jalan tol dimana kecepatan kendaraan sudah di atas 50 kpj.

Ilustrasi kecelakaan pesepedaAL ARABIYA Ilustrasi kecelakaan pesepeda

Jangan soal risiko soal bersenggolan, hempasan angin dari mobil yang melintas pun sudah bisa membuat celaka. Belum lagi ditambah dengan banyaknya variabel lain yang rata-rata berujung pada faktor fatalitas.

"Rata-rata kecelakaan di jalan tol itu dampaknya besar sekali, paling minim itu luka dalam kategori berat lalu fatalitas atau kematian. Jadi baiknya harus dipikirkan kembali," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau