JAKARTA, KOMPAS.com – Fenomena truk over dimension dan over loading (ODOL) tidak hanya marak di jalanan, namun ada juga di pelabuhan tempat penyeberangan. Bahkan di beberapa pelabuhan, truk ini bukan lagi ODOL, tapi super ODOL.
Truk super ODOL ini memiliki dimensi yang sudah tidak lazim, bahkan lebih parah daripada yang sering ditemui di jalan raya. Perubahan truk ODOL menjadi super ODOL ini biasa dilakukan menjelang truk masuk kapal dan saat memasuki komplek pelabuhan.
Investigator Keselamatan Pelayaran Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Renan Hafsar mengatakan, fenomena truk super ODOL di pelabuhan sudah menjadi rahasia umum.
Baca juga: Jadi Angkot, Dishub Pantau Operasional Toyota HiAce Selama 6 Bulan
“Prakteknya dimulai dari membuka penutup muatan, lalu mengatur ulang muatan di atas truk. Pengumpan muatan tambahan dapat berupa truk atau pikap,” kata Renan dalam sesi Kuliah Telegram di grup Indonesia Truckers Club belum lama ini.
Pengaturan ulang muatan ini bisa ditumpuk di bak muatan sehingga makin tinggi. Semakin lebar karena muatan diikat ke dinding muatan truk, semakin beranak karena diikat di kolong truk dan semakin di depan karena diikat di bagian depan truk.
“Prinsipnya, selama muatan masih bisa menempel di badan truk dan masih bisa melewati pintu kapal, muatan akan terus ditambah,” ucap Renan.
Baca juga: Catat, Begini Cara Urus BPKB Hilang
Renan menambahkan, maraknya praktek super ODOL ini dikarenakan besarnya tarif penyeberangan hanya berdasarkan jenis truk, tanpa mempedulikan ukuran, berat, dan jenis muatannya.
“Jadi jika ada dua truk dengan jumlah roda yang sama, yang pertama membawa hulu ledak berukuran besar sedangkan yang satu lagi hanya membawa kapas korek kuping satu batang, masing-masing truk akan diberikan tarif yang sama,” kata dia.
Selain itu, truk super ODOL ini menimbulkan banyak kerugian pada kapal penyeberangan. Mulai dari merusak kemampuan engsel dan sling rampa kapal, sulitnya penanganan kebakaran di dek, stabilitas kapal.
“Ketika kapal diberikan kemiringan mendadak, kendaraan berat akan bergeser ke salah satu sisi. Sehingga momen oleng kapal lebih besar daripada momen pengembali, lalu kapal miring dan berlanjut tenggelam,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.