Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Mobil Keluaran Terbaru Tak Boleh Pakai BBM Oktan Rendah?

Kompas.com - 03/09/2020, 16:42 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan jenis bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan roda empat sering dianggap sepele pemilik mobil.

Tidak sedikit pemilik kendaraan sembarangan memilih jenis bensin untuk mobilnya yang terkadang tidak cocok untuk mesin.

Padahal, pemilihan jenis bahan bakar ini tidak sekadar memilih mana yang harganya murah saja, tetapi juga menyesuaikan dengan tingkat kompresi mobil.

Setiap pabrikan kendaraan roda empat biasanya sudah memberikan rekomendasi jenis bahan bakar minyak (BBM) yang cocok untuk setiap produknya.

Baca juga: Bisakah Membayar Pajak Kendaraan Sebelum Jatuh Tempo?

Berkembangnya teknologi di dunia otomotif turut mendorong adanya perubahan pada kompresi kendaraan yang dijual.

Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.

Sudah bisa ditebak, kompresi mobil keluaran terbaru biasanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan lawas.

Lalu bolehkan kendaraan keluaran baru dengan kompresi tinggi menggunakan bensin dengan oktan rendah?

Didi Ahadi, Dealer Technical Support Dept Head PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, pemilihan jenis bahan bakar sebaiknya disesuaikan dengan standar mesin mobil itu.

Jika bensin yang digunakan tidak sesuai atau bahkan lebih rendah dari standar kebutuhan kompresi akan berdampak buruk pada mesin.

Baca juga: Saat Bayar Pajak STNK Asli Hilang, Bisa Pakai Foto Copy?

“Iya bisa terjadi knocking (ngelitik pada mesin), kemudian terjadi penumpukan kerak karbon dan alhasil emisi gas buangnya akan tidak sempurna,” kata Didi kepada Kompas.com, Kamis (3/9/2020).

Tak hanya itu, Didi menambahkan, dengan adanya pembakaran yang tidak sempurna tersebut bisa menyebabkan tenaga kendaraan menjadi berkurang.

Mobil sedang mengisi bensin subsidi.Tribunnews/ Nurudin Mobil sedang mengisi bensin subsidi.

Hal ini disebabkan, Didi mengatakan, oleh beberapa hal salah satunya adalah penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai.

“Performa kendaraan juga berkurang, karena mobil menggunakan bahan bakar yang oktannya rendah atau tidak sesuai,” ujarnya.

Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna mengatakan, mobil keluaran sekarang menggunakan mesin berkompresi yang cukup tinggi.

“Untuk bahan bakar yang digunakan yakni pertamax atau minimal pertalit. Karena kompresi mobil yang sangat tinggi tidak bisa menggunakan BBM dengan oktan rendah,” katanya.

Baca juga: SIM Bisa Gantikan KTP Saat Bayar Pajak Kendaraan, Ini Syaratnya

Jika hal ini dilakukan maka bisa menyebabkan pembakaran di jantung pacu tidak sempurna.

“Misalnya mobil seharusnya menggunakan bensin dengan oktan 92, tetapi diisi bahan bakar yang oktannya 88, itu akan membuat pembakaran di ruang mesin jadi tidak sempurna,” katanya.

Suparna menambahkan, saat kendaraan meminum bensin yang tidak sesuai maka proses pembakaran tidak terjadi pada posisi yang seharusnya.

Kondisi itulah yang membuat piston tidak bisa bekerja maksimal hingga akhirnya menyebabkan suara ngelitik atau knocking.

“Menggunakan bahan bakar oktan lebih rendah akan membuat mesin bekerja dobel atau lebih berat. Itulah yang menyebabkan ngelitik dan bisa menimbulkan kerak karena pembakaran yang tidak sempurna,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau