Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Slipstream, Cara Bodoh dan Bahaya Bila Dilakukan di Jalan

Kompas.com - 17/05/2020, 09:21 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat berkendara di jalan tol, pengemudi harus mengikuti aturan yang ada dan tidak melakukan tindakan atau perilaku yang bisa menyebabkan kecelakaan.

Salah satu teknik berkendara yang sering dilakukan oleh pengemudi di jalan tol adalah slipstream.

Teknik slipstream sejatinya merupakan teknik balap, di mana teknik ini dimanfaatkan kendaraan yang ada di depan untuk menahan terpaan angin. Sehingga, laju kendaraan yang dikendarai terasa lebih cepat.

Namun, untuk menikmati ini, kendaraan belakang harus mengikuti dalam jarak dekat dengan mobil di depannya.

Baca juga: Pabrik Hyundai di Indonesia Rampung Akhir 2020, Produksi Mulai 2021

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, bahwa tindakan slipstream merupakan tindakan paling bodoh yang dilakukan oleh pengemudi.

Menurutnya, slipstream di jalan tol memiliki risiko terjadinya kecelakaan yang sangat tinggi. Jarak aman kendaraan jadi terabaikan. Otomatis potensi kecelakaan beruntun juga meningkat, karena kurangnya ruang atau waktu untuk bereaksi atau melakukan manuver saat kendaraan di depan mengerem secara mendadak.

Ilustrasi slipstream di belakang trukcnet.com Ilustrasi slipstream di belakang truk

“Jika mobil tersebut berada di belakang bus yang isinya 40 orang, saat terjadi kecelakaan, satu orang bisa mengakibatkan puluhan orang lainnya menjadi terkena dampaknya,” kata Jusri.

Baca juga: Astra Motor Jateng Berikan Pelayanan PSBB ke Konsumen

Teknik slipstream kerap dipakai para pengguna jalan dengan dalih untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Memang dengan slipstream, laju mobil tidak terasa berat.

Hal ini karena, terpaan angin terhalang oleh bus atau truk yang ada di depan. Sehingga, konsumsi bahan bakar juga terasa lebih hemat.

Slipstream di tol atau menggunakan transmisi netral saat turunan, dengan tujuan agar konsumsi bahan bakar lebih irit, tetapi kecepatan jadi tinggi. Di situ menghilangkan aspek keselamatan,” ujar Jusri.

Jika pengemudi memiliki tujuan untuk menghemat bahan bakar, sebaiknya gunakan teknik eco driving atau perhatikan batas kecepatan minimum dan batas kecepatan maksimum.

Jaga putaran mesin agar tetap konstan dan tidak melakukan banyak manuver atau menyalip kendaraan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com