Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Samakan Nyetir Mobil Sport dengan Mobil Biasa

Kompas.com - 06/04/2020, 18:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini terjadi kecelakaan yang mobil sport yang menewaskan seorang pengemudi di Tol Jagorawi.

Bukan untuk pertama kalinya, belakangan ini beberapa kecelakaan yang kerap terjadi juga melibatkan mobil-mobil premium seperti mobil sport.

Terkait hal ini, Training Direction The Real Driving Center, Marcell Kurniawan, mengatakan, hal tersebut seharusnya bisa dijadikan pelajaran untuk masyarakat.

Menurutnya, mengemudikan mobil sport tidak bisa sembarangan, berbeda dengan mobil biasa.

“Stabilitas mobil sport memang lebih tinggi, karena rasio tinggi dan lebar kendaraan baik sehingga tidak akan limbung,” ujar Marcell saat dihubungi Kompas.com, Senin (06/04/2020).

Baca juga: Kecelakaan Nissan GT-R, Ingat Pentingnya Mengenal Aspek Non-teknis

Marcell melanjutkan, apalagi disaat Work From Home (WFH) seperti ini, jalan yang sepi jangan dijadikan pancingan untuk menginjak gas dan ngebut di jalan raya atau jalan tol.

Mobil sport premium Ferrari nampak leluasa bergerak di kondisi jalan Jakarta yang sepi, Minggu (25/6/2017)Otomania Mobil sport premium Ferrari nampak leluasa bergerak di kondisi jalan Jakarta yang sepi, Minggu (25/6/2017)

“Meskipun mobil sport memiliki perfoma yang tinggi namun bila di jalan umum tetap wajib untuk menaati batas kecepatan yang telah ditetapkan di jalan. Bukan berarti bila jalan kosong seperti sekarang, pengemudi jadi terpancing untuk ngebut,” kata Marcell.

Baca juga: Nissan GT-R Kecelakaan di Tol Jagorawi, Jalan Lengang Jangan Ngebut

Mobil sport memiliki respon tenaga spontan yang tinggi saat berakselerasi. Menurut Marcell, hal tersebut secara bersamaan juga bisa meningkatkan fictitious force (rasa badan tertarik ke belakang).

“Pengemudi yang tidak terlaltih merasakan force ini bisa kehilangan konsentrasi sesaat, dan ini bisa berbahaya, karena pengemudi bisa kehilangan kendali di saat kecepatan tinggi,” ujarnya.

Perlu diingat, semakin tinggi kecepatan saat mengemudi, maka akan semakin jauh jarak berhenti atau pengeremannya.

“Tidak hanya itu, pengemudi yang memacu kendaraannya pada kecepatan tinggi maka dampak yang dihasilkan saat tabrakn juga akan semakin parah,” kata Marcell.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com