Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Penting Tes Psikologi Ketika Bikin SIM?

Kompas.com - 17/02/2020, 12:12 WIB
Gilang Satria,
Aditya Maulana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Satlantas Polresta Solo akan mulai memberlakukan tes psikologi bagi pemohon SIM mulai Senin (24/2/2020). Jadi tidak hanya mengikuti ujian tulis dan praktik, tetapi juga tes psikologi.

Tes psikologi sebagai syarat permohonan SIM dianggap dapat membantu karena diharapkan setiap individu yang mendapatkan SIM memiliki kompetensi yang memadai dari aspek-aspek psikologis.

Baca juga: Ini Tujuan Tes Psikologi SIM Diberlakukan di Solo

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan, tes psikologi itu penting. Namun, saat ini jika yang dicari ialah kemampuan adaptasi di jalan raya maka lebih penting melaksanakan tes langsung di jalan.

"Kalau saya lebih urgent ini (tes di jalan) sebelum SIM dikeluarkan, jadi ada simulasi, tes di area dalam, dan tes di jalan. Tes di lapangan parkir tidak ada apa-apanya karena di situ bahaya-bahayanya statik semua," katanya kepada Kompas.com, Senin (17/2/2020).

Petugas kepolisian dari direktorat lalu lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya menyosialisasikan penerapan sistem tilang elektronik atau electronic traffic law enforcement (ETLE) untuk kendaraan roda dua atau motor di Simpang Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2020). Untuk saat ini sistem ETLE untuk pengendara sepeda motor fokus pada penindakan tiga pelanggaran, yakni penggunaan helm, menerobos traffic light, dan melanggar marka jalan. Penerapan aturan tersebut telah resmi diberlakukan mulai Sabtu (1/2/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas kepolisian dari direktorat lalu lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya menyosialisasikan penerapan sistem tilang elektronik atau electronic traffic law enforcement (ETLE) untuk kendaraan roda dua atau motor di Simpang Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2020). Untuk saat ini sistem ETLE untuk pengendara sepeda motor fokus pada penindakan tiga pelanggaran, yakni penggunaan helm, menerobos traffic light, dan melanggar marka jalan. Penerapan aturan tersebut telah resmi diberlakukan mulai Sabtu (1/2/2020).

Jusri mengatakan, bahaya di jalan lebih beragam, dinamis, dan memancing emosi. Kondisi di jalan sesungguhnya tidak ideal, banyak kendaraan yang tidak tertib, bahkan sampai orang menyeberang sembarangan.

"Sehingga, perilaku yang sebelumnya sudah dipersiapkan bisa berubah karena kondisi jalan berbeda. Sedangkan kalau tes statik atau tes dikawal polisi, orang bisa berpura-pura," katanya.

Baca juga: Pengalihan SIM, STNK dan BPKB dari Polisi Dianggap Belum Perlu

Meski demikian, Jusri mengetahui bahwa tidak mudah mewujudkan soal tes di jalan karena jumlah penguji dan pemohon yang tidak sebanding.

"Prioritasnya lebih bagus tes di jalan. Permasalahannya, tes di jalan ini mungkin karena SDM yang terbatas, jumlah pemohon SIM yang luar biasa banyak akan sulit ditangani oleh polisi. Tes psikologi penting untuk mendeteksi kemampuan psikologi pemohon SIM, tapi kalau mau bagus ialah tes di jalan. Karena di situ juga bisa menampilkan hasil psikologis seseorang," katanya.

Jusri menilai, tes psikologi bukan pertama kali mencuat dan dulu hal seperti ini menimbulkan kegaduhan. Sebab, beberapa elemen menilai hal ini mempersulit mendapatkan SIM, belum lagi soal bertambahnya biaya.

"Sebetulnya, keduanya ini harusnya masuk dalam parameter uji permohonan SIM. Tapi, kalau ditanya mana dulu, saya sebut tes di jalan. Sebab, kondisi ini akan menimbulkan isu, yaitu adanya bentuk yang tidak sesuai, jangan sampai dianggap ini biaya lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau