Tes psikologi sebagai syarat permohonan SIM dianggap dapat membantu karena diharapkan setiap individu yang mendapatkan SIM memiliki kompetensi yang memadai dari aspek-aspek psikologis.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan, tes psikologi itu penting. Namun, saat ini jika yang dicari ialah kemampuan adaptasi di jalan raya maka lebih penting melaksanakan tes langsung di jalan.
"Kalau saya lebih urgent ini (tes di jalan) sebelum SIM dikeluarkan, jadi ada simulasi, tes di area dalam, dan tes di jalan. Tes di lapangan parkir tidak ada apa-apanya karena di situ bahaya-bahayanya statik semua," katanya kepada Kompas.com, Senin (17/2/2020).
Jusri mengatakan, bahaya di jalan lebih beragam, dinamis, dan memancing emosi. Kondisi di jalan sesungguhnya tidak ideal, banyak kendaraan yang tidak tertib, bahkan sampai orang menyeberang sembarangan.
"Sehingga, perilaku yang sebelumnya sudah dipersiapkan bisa berubah karena kondisi jalan berbeda. Sedangkan kalau tes statik atau tes dikawal polisi, orang bisa berpura-pura," katanya.
Meski demikian, Jusri mengetahui bahwa tidak mudah mewujudkan soal tes di jalan karena jumlah penguji dan pemohon yang tidak sebanding.
"Prioritasnya lebih bagus tes di jalan. Permasalahannya, tes di jalan ini mungkin karena SDM yang terbatas, jumlah pemohon SIM yang luar biasa banyak akan sulit ditangani oleh polisi. Tes psikologi penting untuk mendeteksi kemampuan psikologi pemohon SIM, tapi kalau mau bagus ialah tes di jalan. Karena di situ juga bisa menampilkan hasil psikologis seseorang," katanya.
Jusri menilai, tes psikologi bukan pertama kali mencuat dan dulu hal seperti ini menimbulkan kegaduhan. Sebab, beberapa elemen menilai hal ini mempersulit mendapatkan SIM, belum lagi soal bertambahnya biaya.
"Sebetulnya, keduanya ini harusnya masuk dalam parameter uji permohonan SIM. Tapi, kalau ditanya mana dulu, saya sebut tes di jalan. Sebab, kondisi ini akan menimbulkan isu, yaitu adanya bentuk yang tidak sesuai, jangan sampai dianggap ini biaya lagi," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/02/17/121200215/seberapa-penting-tes-psikologi-ketika-bikin-sim