JAKARTA, KOMPAS.com – Jarak pandang bagi pengendara di wilayah yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin berkurang. Kondisi ini bisa menyulitkan siapa saja, tak terkecuali bagi motor dan mobil.
Karena jarak pandang terbatas, pengemudi sering kali menyalakan lampu hazard sebagai tanda keberadaannya.
Padahal fungsi hazard hanya untuk keadaaan darurat, bukan untuk saat kondisi kabut asap ataupun hujan deras.
Menurut Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Center (RDC), menyalakan hazard saat berkendara dapat membingungkan pengendara lain, apalagi jika pengendara tersebut melakukan manuver tiba-tiba.
Baca juga: Kabut Asap, Ingat Pentingnya Fitur Komunikasi di Kendaraan
“Jangan menyalakan hazard, karena hazard hanya untuk kondisi darurat di pinggir jalan atau saat ngerem mendadak,” ujarnya kepada Kompas.com (18/9/2019).
Marcell berujar, pengendara cukup menyalakan lampu utama serta lampu kabut depan dan belakang jika ada. Sementara menyalakan lampu jauh kurang direkomendasikan, sebab high beam hanya akan terpantul oleh asap sehinga efektifitasnya kurang.
“Kita perlu sadar bahwa semua orang sedang kehilangan visibilitasnya sehingga kita perlu terlihat oleh pengendara lain. Tapi dengan lampu hazard itu kurang tepat, lebih baik nyalakan lampu utama, lampu kabut, dan lampu senja saja,” katanya.
Baca juga: Bahaya Laten Berkendara di Kabut Asap Karhutla
Setelah menyalakan lampu-lampu, dengan jarak pandang yang terbatas, usahakan pengemudi tetap fokus berkendara. Hindari segala hal yang menyebabkan distraksi saat mengemudi.
“Juga matikan radio dan hindari bercakap-cakap dengan penumpang agar kita lebih mudah aware terhadap suara kendaraan lain di sekitar kita,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.