Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kaleidoskop Otomotif 2018

Kaleidoskop 2018, Indonesia Sambut Era Kendaraan Listrik

Kompas.com - 18/12/2018, 12:02 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan buntu kendaraan listrik di Indonesia akhirnya mulai menemui titik terang di 2018 ini. Pemerintah mulai serius menyambut pergeseran teknologi dari mobil bermesin konvensional ke daya listrik yang diklaim sangat ramah lingkungan karena tanpa polusi.

Hal ini ditunjukan dengan penyusunan draf Peraturan Presiden (Perpres) Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik yang sudah mulai dibahas beragam instansi pemerintah. Mulai dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta Kementerian ESDM.

Bahkan perkembangan terakhir, aturan tersebut dikabarkan oleh Kepala Staf Kepresidenan Jendral (Purn) Moeldoko, sedang dalam tahap penyelarasan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Baca juga: Perpres Kendaraan Listrik Masuk Tahap Penyelarasan

"Saat ini tinggal penyelerasan. Dari Kementerian ESDM sudah, Kementerian Perindustrian juga sudah, sekarang lagi di Kementerian Kemaritiman. Ada beberapa hal yang sedang dibahas, antara lain mengenai kesiapan ESDM untuk masalah penyediaan listrik, selain itu juga dari sistem perpajakan yang dibicarakan dengan Menteri Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk kesiapan industrialiasasi," ujar Moeldoko awal Desember lalu.

Bus listrik milik PT Mobil Anak Bangsa.KOMPAS.com / GHULAM M NAYAZRI Bus listrik milik PT Mobil Anak Bangsa.
Moeldoko yang juga menggagas bus listrik Mobil Anak Bangsa (MAB) mengklaim bahwa paling lambat Perpres yang nantinya akan menjadi pedoman serta payung hukum kendaraan listrik akan meluncur awal 2019. Pencapaian ini menjadi salah satu catatan penting bagi dunia otomotif di Tanah Air yang akan memulai langkah besar mengikuti tren dunia.

Gesits Jadi Skutik Nasional

Seiring dengan maraknya isu kendaraan listrik, pemerintah akhirnya resmi menobatkan skutik karya anak bangsa bernama Gesits sebagai skutik listrik nasional. Hal ini dibuktikan dengan pemberian kode perusahaan dan Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK) dari Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen Ilmate) Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Presiden Joko Widodo menjajal motor listrik Gesits di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/11/2018).KOMPAS.com/IHSANUDDIN Presiden Joko Widodo menjajal motor listrik Gesits di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Selain sebagai dasar bahwa Gesits merupakan skuter rakitan dalam negeri, adanya kode tersebut juga menandakan bahwa Gesits menjadi industri kendaraan bermotor listrik pertama di Indonesia yang menerima kode tersebut.

Baca juga: Prototipe Gesits Mendekati Tahap Final Produksi Massal

Gesits sendiri direncanakan siap memasuki produksi massal pada Januari 2019 mendatang. Beberapa kesiapan sudah dilakukan, mulai dari penyempurnaan prototipe akhir, sampai masalah tukar baterai atau swaping yang menggandeng pihak Pertamina.

Kesiapan Infrastruktur

Ramainya perbincangan kendaraan listrik bukan hanya menjadi sorotan pemerintah dan perusahaan otomotif, tapi juga instansi lain. Bahkan beberapa sudah mulai menyiapkan sarana prasarana berupa stasiun pengisian daya atau charging station.

Baca juga: Tarif Ngecas Kendaraan Listrik Rp 1.650 per kWh

Salah satunya digagas oleh Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang meluncurkan charging station kendaraan listrik awal Desember 2018 lalu. Ada dua charging station yang diluncurkan, satu dengan kemampuan fast charging 50 kW yang berada di gedung BPPT dan satu lagi berkemapuan 20 Kw di B2TKE-BPT Puspitek, Tangerang Selatan.

 BPPT Mulai Inovasi Charging Stationstanly BPPT Mulai Inovasi Charging Station
Menariknya untuk charging station di Puspiptek, BPPT tidak mengandalkan seluruh daya listrik dari PLN, melainkan mengkolaborasikannya dengan solar panel yang diletakan di atap gedung. Hal ini diklaim menjadi langkah agar energi listik yang digunakan tidak semuanya berasal dari fosil.

Tidak hanya BPPT saja, persiapan fasilitas pengisian daya juga turut dilakukan oleh PT Pertamina (Persero). Perusahaan penyedia energi minyak bumi ini tak mau ketinggalan membuka peluang bisnis baru dengan menghadirkan pilot project dari program Green Energy Station atau GES.

Baca juga: BPPT Tes Seberapa Mahal Konsumsi Mobil Listrik

Langkah awal GES ini dibuktikan dengan empat unit penyediaan pengisian daya mobil listrik yang berada di SPBU Pertamina COCO Kuningan. Namun di 2019, Pertamina juga akan mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Listrik (SPLU) yang benar-benar dikhususkan hanya untuk kendaraan listrik di kawasan Pakubuwono.

Konsep tukar baterai motor listrik Gesits dan Pertaminastanly Konsep tukar baterai motor listrik Gesits dan Pertamina
Sementara untuk sepeda motor, Pertama telah menjalin kerja sama dengan skuter listrik anak bangsa, Gesits. Dengan konsep tukar baterai layaknya pembelian tabung gas LPG, Pertamina akan membuka gerai swap station di SPBU untuk Gesits.

Baca juga: Tahun Depan, Pertamina Punya SPLU Khusus Kendaraan Listrik

Meski masih sangat terbatas, namun harus diakui upaya ini menjadi salah satu langkah awal mendorong kebangkitan era kendaraan listrik.

Pro Kontra dan Kendala

Meski sudah di ujung tanduk, namun sampai saat ini masih ada beberapa permasalahan yang dihadapi baik oleh pemerintah atau pun industri otomotif yang akan menggawangi kendaraan listrik. Beberapa permasalahan tersebut di antaranya menyangkut standarisasi tipe colokan yang nantinya akan digunakan.

Seperti diketahui, ada banyak model kendaraan listrik yang beredar di dunia. Antar produksi kendaraan listrik di China dan Eropa pun jauh memiliki perbedaan tipe colokan, sampai saat ini belum ada putusan resmi mengenai mana standar yang akan dipilih untuk Indonesia.

Charging station milik BPPT untuk kendaraan listirik.stanly Charging station milik BPPT untuk kendaraan listirik.
Selain itu, Deputi Badan Pengkajian dan Penerepan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Informasi Energi dan Meterial (TIEM) Eniya Listiani Dewi, mejelaskan masih ada beberapa poin kelemahan pada kendaraan listrik yang wajib menjadi sorotan.

Baca juga: BPPT Menilai Kendaraan Listrik Masih Punya Kendala

Pertama terkait masalah keterbatasan charging station yang harus diperbanyak, regulasi harga dari energi listrik, dan masalah waktu percepatan pengisian daya. Lantas yang tidak kalah penting lagi adalah, terkait insentif serta subsidi bagi pengguna kendaraan listrik yang harus diatur dengan sangat jelas.

Pabrik Baterai Tebesar

Keseriusan pemerintah menyambut era kendaraan listrik yang juga dinilai sebagai energi terbarukan kembali diwujudkan pada 2018 ini dengan rencana pembuatan pabrik baterai lithium terbesar. Pabrik ini akan berdiri di Morowali, Sulawesi Tengah, sementara peletakan batu pertama dicanangkan dimulai pada 11 Januri 2019 mendatang.

Ilustrasi mobil listrik.The Guardian Ilustrasi mobil listrik.

Baca juga: Pembangunan Pabrik Baterai Morowali Dimulai Sebulan Lagi

Pabrik ini nantinya juga akan memproduksi baterai untuk kendaraan listrik. Di harapkan dengan adanya pabrik ini bisa menekan biaya harga kendaraan listrik di Indonesia nantinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau