KOMPAS.com – Dunia balap (motorsport) saat ini masih mengandalkan bahan bakar bensin dan mesin konvensional sebagai modal utama. Tapi, sumber daya alam di bumi tidak akan tersedia untuk selamanya. Ketika waktunya tiba, motorsport bakal terancam keberadannya, jika tak mengembangkan teknologi alternatif.
Mesin mobil balap yang masih mengandalkan teknologi internal combustion engine (ICE) juga menghasilkan racun emisi karbon yang signifikan dan berbahaya bagi kelestarian bumi di masa depan. Alasan ini juga yang mendorong stake holder di dunia balap untuk mengambil langkah kongkret, yakni mulai mengembangkan teknologi transportasi dengan energi berkelanjutan, seperti mobil listrik dan hidrogen.
FIA sebagai lembaga dunia balap internasional kemudian menyelenggarakan kejuaraan dunia balapan mobil listrik, yaitu Formula E, sejak 2014. Mungkin ada sedikit persepsi negatif tentang balapan ini, seperti suara khas dan kecepatan yang tidak se-spekatkuler ajang F1. Di sisi lain, banyak hal lain yang mungkin bisa dipelajari dari Formula E. Bahkan, juga ada yang berpendapat kalau teknologi ini merupakan penyelamat bagi dunia motorsport di masa depan.
Karakter mobil Formula E
Dari segi aerodinamika dan sasis, mobil Formula E tidak serumit Formula 1. Keduanya sudah standar dan dipasok oleh Dallara, dengan teknologi baterai yang dikembangkan Williams Advanced Engineering.
Baterai yang dipasok Williams bertipe lithium ion battery berkapasitas 28kWh. Setiap mobil Formula E dapat menghasilkan tenaga maksimal 200 kW pada babak kualifikasi dan sekitar 150 kW saat balapan untuk mencapai top speed sekitar 225 kpj. Prioritas utama FIA adalah pengembangan electrical powertrain.
Electrical Powertrain, punya beberapa komponen di dalamnya. Masing-masing punya tugas dan fungsi masing-masing, menjamin seluruh rangkaian berjalan dengan normal. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan komponen yang terkandung di dalamnya, berikut ini:
eMotor mempunyai fungsi utama mengonversikan tenaga listrik dari baterai menjadi daya mekanik untuk menggerakan roda belakang. Jenis mesin elektrik yang digunakan di sini, berjenis tiga fase berfungsi dengan arus bolak-balik (AC current).
eMotor sendiri dibuat dari rotor yang berputar, di dalamnya ada stator juga berputar. Putaran itu terjadi karena medan elektromagnetik akibat arus bolak-balik.
FIA membiarkan setiap tim untuk mengembangkan eMotor mereka sendiri semenjak musim kedua. Pada musim pertama, eMotor yang dipasok McLaren Applied Technology merupakan jenis single yang dipasang secara membujur. Pada musim kedua, beberapa variasi electric power train mulai terlihat.
Setiap tim bermain dengan jumlah eMotor yang digunakan (satu atau dua) dan dengan cara pemasangan beragam (melintang atau membujur).
Komponen kedua ini sangat penting agar eMotor dan baterai dapat berfungsi bersama dengan baik. Sebelumnya sudah dijelaskan, kalau eMotor berfungsi dengan AC current, tapi tenaga listrik yang disalurkan oleh baterai berupa DC current (arus searah). eMotor memerlukan pola voltase yang cukup rumit untuk berfungsi, sehingga memerlukan alat untuk mengonversi arus DC menjadi AC yang spesifik.
Selanjutnya, gearbox atau transmisi. Komponen jangan disamakan dengan sistem transmisi yang ada pada mobil Formula 1. Pada balap F1, setiap tim merancang gearbox mereka sendiri, semua mobil menggunakan gearbox, 8-percepatan.
Pada mobil Formula E, lebih banyak variasinya. Jika pada musim pertama, gearbox 5-percepatan yang dipasok oleh Hewland digunakan oleh semua tim. Musim selanjutnya, semua tim diperbolehkan merancang gearbox 3-percepatan, 2-percepatan, bahkan ada beberapa tim yang memilih untuk tidak menggunakan gearbox.
Manfaat Teknologi Formula E