Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Akui Kerap Bermasalah dengan "Preman"

Kompas.com - 30/06/2016, 17:42 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Hasil data yang dipaparkan Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto menunjukan pada 2014 total kerugian perusahaan mencapai 531 juta dollar Amerika Serikat (AS). Salah satu faktor penyebab kerugian itu karena Pertamina banyak berhadapan dengan preman.

Dwi yang menjabat sejak 2014 mengatakan berbagai usaha menekan kerugian telah dilakukan. Buahnya, pada Januari - Mei kerugian Pertamina menurun sampai 38 juta dollar AS.

“Ini juga yang membuat saat ini Pertamina banyak berhadapan dengan preman karena sesungguhnya kerugian yang terjadi dari mereka para preman-preman, baik yang tangki ‘kencing di jalan’ ataupun baru saja kemarin kami mendapatkan pencurian di kapal dan itu tertangkap,” ujar Dwi di Jakarta, Rabu (29/6/2016).

Dwi lanjut mengungkap karyawan Pertamina, terutama yang bertugas di lapangan, banyak mendapat ancaman oknum. Dia menyebutkan contohnya, pemukulan di Bali, penyerangan fasilitas di Sumatera Barat. “Dan masih banyak lagi di tempat lain, orang-orang Pertamina di ‘bully’ preman,” kata Dwi.

“Saya rasa kami sudah sepakat tidak boleh mundur menghadapi itu semua. Mungkin memang ke depan kami masuk (menggunakan) alat-alat yang bisa mengurangi tekanan bagi kawan-kawan yang di lapangan,” katanya.

“Dampaknya sekarang seperti ini, bisa diturunkan, tapi kami yakin masih banyak peluang-peluang. Kami terus berupaya menekan,” papar Dwi.

Senior Vice President Fuel Marketing, and Distribution Pertamina, Muhammad Iskandar, menambahkan bukan hanya pekerja di lapangan yang berhadapan dengan preman tetapi "orang dalam" Pertamina juga diserang.

"Mereka kan terstruktur dan sejak kami bersih-bersih orang dalam yang jadi korban. Lagi keluar di serang" kata Iskandar.

Tindakan antisipasi Pertamina yang selama ini sudah dilakukan yakni bekerja sama dengan aparat, meminta jaminan keamanan buat pekerja. Selain itu, Pertamina mengetatkan proses distribusi misalnya, menggunakan perangkat khusus untuk memangkas kenakalan dari karyawan sendiri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau