JAKARTA, KOMPAS.com – Mengemudi dengan ban mobil yang memiliki tekanan udara kurang ideal dapat membawa risiko serius bagi keselamatan di jalan. Selain memperpendek umur ban, kondisi ini juga memengaruhi performa kendaraan, termasuk efisiensi bahan bakar dan stabilitas saat berkendara.
Menurut Fachrul Rozi, Product Marketing Manager PT Michelin Indonesia, tekanan udara yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan distribusi beban pada ban menjadi tidak merata. Hal ini meningkatkan potensi kerusakan pada struktur ban dan berisiko menyebabkan kecelakaan.
"Tekanan udara yang rendah membuat ban bekerja lebih keras dari seharusnya, memicu panas berlebih yang dapat menyebabkan pecah ban secara tiba-tiba," kata Rozi kepada Kompas.com, Rabu (27/11/2024).
Rozi menjelaskan bahwa ban dengan tekanan udara di bawah standar juga meningkatkan hambatan gulir, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.
Ia menyarankan pengendara untuk rutin memeriksa tekanan ban setidaknya sekali dalam dua minggu atau sebelum perjalanan jarak jauh.
“Pastikan tekanan udara sesuai dengan rekomendasi pabrikan yang biasanya tertera pada stiker di pintu kendaraan atau buku manual,” kata dia.
Selain itu, Rozi mengingatkan pentingnya memeriksa kondisi fisik ban, seperti adanya retakan atau benda asing yang tertancap, karena dapat memperburuk risiko ketika tekanan udara tidak sesuai.
Ia juga menggarisbawahi bahwa pengemudi sebaiknya tidak menunda pengisian udara jika tekanan sudah dirasa kurang.
Dengan memastikan tekanan ban sesuai, tidak hanya keamanan berkendara yang terjaga, tetapi juga efisiensi bahan bakar serta kenyamanan di perjalanan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/28/094200415/jangan-memaksa-jalan-kalau-ban-mobil-kurang-tekanan-udara