JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan peningkatan performa skutik dengan bore-up memang bisa jadi pilihan. Kapasitas mesin dengan ukuran blok yang lebih besar menyebabkan kenaikan dalam hal tenaga dan torsi.
Cuma dari performa yang meningkat tentu ada konsekuensi yang harus diterima pemilik motor. Seperti yang dijelaskan Dustin, pemilik bengkel Garage +62 di Jakarta Barat yang biasa menangani upgrade mesin skutik.
"Minusnya pertama knalpot enggak boleh standar. Karena dia (standar) kan sekatnya banyak, saringan itu buat tekanan balik, nanti ring piston cepat aus," kata Dustin kepada Kompas.com, Selasa (1/10/2024).
Tentu knalpot tidak standar lebih berisik dari yang standar, jadi lebih mengganggu. Kemudian dari hal ketahanan mesin, tentu kalau sudah diubah, jadi lebih cepat rusak.
"Ketahanannya tidak akan seawet motor standar. Misal kalau motor standar sampai 100.000 Km turun mesin, kalau sudah bore-up, di 50.000 Km sampai 70.000 Km sudah turun mesin, sudah harus peremajaan," kata Dustin.
Kemudian kalau Dustin menyarankan pemilik motor bore-up harus lebih sering ganti oli. Kalau motor biasa interval setiap 2.000 Km sekali, kalau yang bore-up jadi per 1.000 Km, tentu lebih boros biaya perawatannya.
"Kalau konsumsi BBM, secara injektor mengeluarkan BBM memang lebih besar (dari standar). Tapi secara beli bensin enggak jauh beda, karena di motor matik itu yang bikin boros bukaan gas," kata Dustin.
Berdasarkan pengalaman Dustin saat bawa motor standar dan bore-up jalan ke puncak, yang standar harus buka gas dalam saat lewati tanjakan. Sedangkan yang bore-up tidak, jadi tidak beda jauh kalau soal konsumsi BBM, tergantung kondisi jalan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/10/03/194100815/konsekuensi-skutik-bore-up-buat-pakai-harian-lebih-boros-biaya