JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika menaiki bus, masih umum dijumpai fitur charging untuk ponsel dengan bentuk stop kontak rumahan. Padahal stop kontak semacam ini memiliki risiko besar ketika dipasang pada kendaraan.
Model stop kontak rumahan rawan untuk tidak stabil saat digunakan. Apalagi jika instalasi tersebut dipasang pada objek yang bergerak seperti kendaraan. Guncangan yang kerap terjadi bisa membuat stop kontak rumahan cepat longgar.
Dalam investigasinya, Ahmad Wildan selaku Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menjelaskan bahwa hal tersebut benar adanya.
Kejadian bad connection seperti korsleting atau arcing dapat terjadi salah satunya disebabkan karena instalasi stop kontak rumahan tersebut.
Ini karena stop kontak tidak bisa menahan male plug atau colokan dengan stabil. Akibatnya ada jarak antara colokan dengan soket pada stop kontak. Arcing pun dapat terjadi.
Risiko bad connection pada sistem kelistrikan tersebut akan lebih besar terjadi pada model stop kontak tanpa penutup.
Sebab, komponen metal pada stop kontak akan mudah mengalami korosi akibat kelembaban udara, uap air, ataupun paparan debu.
Saat korsleting atau arcing terjadi pada instalasi tersebut, suhu yang tinggi dapat melelehkan isolator pada stop kontak. Api bisa muncul dan menyebabkan kebakaran.
Oleh karena itu, Wildan menyarankan kepada para perusahaan karoseri untuk menggunakan model port USB pada bodi bus yang mereka produksi.
"Colokan USB lebih secure," kata Wildan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/6/2021).
Port USB dinilai lebih stabil dalam memegang colokan. Ini karena umumnya port USB telah memenuhi standar praktik industri untuk transportasi publik seperti tahan terhadap getaran, tahan kelembaban, dan tahan suhu.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/06/01/144100715/untuk-bus-port-usb-lebih-aman-daripada-stop-kontak-rumahan