Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mana Lebih Baik, Ganti Oli Berdasarkan Jarak atau Waktu?

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain bahan bakar, untuk beroperasi mobil juga membutuhkan oli atau pelumas pada mesinnya. Hal ini pun tak bisa ditawar-tawar karena oli memiliki peran yang sangat krusial bagi ekosistem komponen di dalam mesin.

Penting diketahui, selain untuk melumasi komponen agar mengurangi gesekan, oli pun memiliki beragam fungsi lain yang jarang diketahui. Beberapa di antaranya, seperti membantu proses pendinginan mesin, membershukan komponen, hingga mencegah terjadinya korosi.

Karena itu, pemilik kendaraan baik pengguna mobil atau sepeda motor, wajib hukumnya rutin melakukan pergantian oli mesin. Bila tidak, maka ada risiko kerusakan yang bisa membuat dompet kebobolan untuk perbaikan.

Namun masalah yang kerap terjadi untuk pergantian oli adalah soal frekuensinya. Banyak pemilik kendaraan berpedoman pada jarak tempuh yang ditentukan agen pemegang merek (APM), ada pula yang berpatokan berdasarkan waktu.

Lantas mana yang paling tepat ? Menjawab hal ini, Nurdin ST, Technical Specialis PT Pertamina Lubricants, mengatakan sebenarnya kedua acuan tersebut merupakan yang paling baik. Tinggal melihat mana yang lebih dulu terpenuhi.

"Kedua benar, hanya saja sering salah persepsi, padahal dilihat juga dari mana yang lebih dulu tercapai. Contoh, OEM merekomendasi tiap 7.000 km atau maksimal enam bulan, jadi dari kedua itu mana yang tercapai lebih dulu yah harus ganti," ucap Nurdin kepada Kompas.com, Sabtu (27/6/2020).

Dengan demikian, menurut Nurdin walau mobil atau motor jarang dipakai sehingga jarak tempuhnya jauh dari 7.000 km, tapi bila waktunya sudah bulan keenam sejak pergantian terakhir, artinya kendaraan tetap wajib ganti oli.

Bukan berarti karena jarak masih jauh oli di dalam mesin masih bagus untuk digunakan. Karena pada dasarnya apa yang sudah direkomendasikan pasti juga sudah dilakukan melalui riset serta kajian statistik yang matang.

"Sehingga sesuai dengan karakter environment, kualitas BBM, perilaku pengemudi, dan kondisi jalanan di tempat tersebut. Jika diterapkan dengan baik, maka akan memberikan reliability yang tinggi untuk kendaraan," ucap Nurdin.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Head of Service PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Riecky Patrayudha. Menurut Riecky, pemilik kendaraan harus menyadari bila pelumas atau oli di dalam mesin memiliki tugas yang cukup berat untuk melindungi mesih mobil.

Karena itu, meski jarak tempuh pada kendaraan belum tercapai, bukan berarti oli bisa tetap dipertahankan terus.

Apalagi untuk mobil yang digunakan di kota-kota besar seperti Jakarta, meski cenderung jarak tempuhnya sedikit, namun dengan kondisi macet dan lain-lainya, bisa membuat kualitas oli berkurang.

"Saat macet dan mobil itu berdiam lama, oli juga tetap bekerja, intinya kalau mesin hidup yang oli di dalamnya ikut bekerja. Belum lagi oli juga bisa rusak karena terkontaminasi dengan bekas oli sebelumnya, jadi baiknya tetap mengikuti anjuran yang ada," ucap Riecky.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/06/28/102100715/mana-lebih-baik-ganti-oli-berdasarkan-jarak-atau-waktu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke