JAKARTA, KOMPAS.com — Bahan bakar berkualitas rendah, seperti Premium 88, Solar, Dexlite, dan Pertalite 90, sudah semestinya diberhentikan produksi dan penjualannya sebab diklaim ikut menyumbang tingginya polusi udara, terutama di DKI Jakarta, melalui emisi gas buang dari kendaraan.
Melihat teknologi pada kendaraan saat ini, khususnya mobil, bahan bakar tersebut sebenarnya sudah tidak disarankan, termasuk untuk mobil murah atau low cos green car/LCGC, karena secara aturan seharusnya menggunakan BBM dengan oktan 92.
Dikonfirmasi Kompas.com, Technical Support Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi setuju dengan pernyataan tersebut. Sebab, mobil murah saat ini pun sudah seharusnya menggunakan bahan bakar beroktan 92, bukan di bawahnya, seperti Premium atau Pertalite.
"LCGC disarankan menggunakan RON 92 (Pertamax dan sekelasnya). Namun, memang banyak yang menggunakan bensin di bawah yang distandarkan pabrikan," kata Didi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Dampak dari hal ini, lanjut Didi, performa mobil menjadi tidak optimal dan tidak responsif. Mobil juga jadi ngelitik atau istilahnya mengalami knocking, yang biaya perawatannya akan semakin mahal.
"Akan ada penumpukan kerak karbon di ruang bakar dengan waktu relatif tidak lama (ketika menggunakan bahan bakar kualitas rendah tersebut), dan ini mengakibatkan gejala knocking. Karena pembakaran tidak sempurna, partikel-partikel gas buang juga menjadi di luar standar (lebih buruk)," kata Didi.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/20/103737815/ketahui-dampak-buruk-mobil-murah-pakai-bbm-premium-dan-pertalite