Singapura, KOMPAS.com - Harga hingga infrastruktur menjadi faktor utama, apabila suatu negara ingin memasarkan kendaraan listrik. Pemerintah harus memberikan insentif pajak agar banderol menjadi lebih terjangkau, dan menyediakan tempat pengisian daya baterai di berbagai tempat.
Mengenai tempat mengisi ulang baterai, ternyata menjadi masalah utama juga buat negara yang sudah menjual mobil listrik. Seharusnya, tersedia di tempat yang mudah dijangkau dan ditemui konsumen.
"Salah satu kunci utama, yaitu membuat tempat pengisian baterai di tempat yang mudah dijangkau, seperti di perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga pemukiman," ujar Director Global EV Business Unit Nissan Nicholas Thomas di acara Nissan Futures di Singapura, Selasa (6/2/2018).
Apabila hal itu dipenuhi dengan baik, maka masyarakat pun akan sadar dan tertarik untuk memiliki mobil listrik. Sebab, konsumen tidak ingin repot ketika mengisi daya baterai, dan lain sebagainya.
"Sebaiknya hal itu bisa dilakukan oleh setiap negara yang ingin memasarkan mobil listrik," ucap Thomas.
Sebagai contoh, yang dijelaskan Head Strategic Development SP Group Goh Chee Kiong. Menurut dia, salah satu hambatan mobil listrik di Singapura, mengenai penyediaan tempat pengisian baterai.
"Kalau di Singapura 90 persen masyarakat tinggal di apartemen dan tempat mengisi baterai tidak tersedia di semua tempat. Ini harus diperbaiki di masa mendatang," kata Goh di tempat sama.
Kondisi seperti itu juga seharusnya bisa menjadi patokan buat Indonesia, apabila ingin mengembangkan kendaraan listrik di masa mendatang.
Apalagi dalam peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2017, tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), disebut kalau 2025 setidaknya ada 2.200 kendaraan hibrida atau listrik di Tanah Air.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/02/07/092500215/kunci-agar-mobil-listrik-bisa-diterima-masyarakat