Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Diskriminatif pada Konsumen Motor

Kompas.com - 15/12/2015, 15:18 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Pasar sepeda motor tahun ini ”kekurangan darah”, diprediksi tersisa 6,5 juta unit saat tutup 2015. Banyak kalangan memprediksi, tahun depan, angka tersebut setidaknya sama, atau kalau pun naik tidak akan berlimpah, akibat dari situasi ekonomi yang belum membaik.

Kuncinya memang ada pada kondisi perekonomian. Gejolak ekonomi dunia yang ikut mempengaruhi situasi di dalam negeri, menjadi salah satu pemicu. Belum lagi ditambah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang fluktuatif. Ini semua menimbulkan efek domino hingga menurunkan daya beli.

Harapan untuk percepatan pembangunan sudah disampaikan PT Astra Honda Motor (AHM) melalui Direktur Pemasarannya, Margono Tanuwijaya, belum lama ini. Saat pemerintah memperbesar serapan anggaran dengan pembangunan, hal lain akan akan mengikuti, termasuk tumbuhnya kebutuhan akan sepeda motor.

”Banyak orang mengutamakan yang pokok dulu. Buying power turun. Banyak faktor yang membuat kondisi seperti ini, termasuk harga komoditi yang turun. Inflasi juga turun, tapi tetap masih tinggi, dan inflasi turun karena daya beli turun,” kata Margono.

”Mencekik”
Lebih ekstrem lagi dilontarkan Mohammad Masykur, Asisten GM Pemasaran PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), (12/12/2015). Saat ini, menurutnya, industri roda dua butuh stimulus dari pemerintah untuk menaikkan permintaan terhadap sepeda motor.

”Banyak kebijakan yang masih menguntungkan orang kaya. Sebentar lagi tarif dasar listrik naik lagi untuk pengguna tipe 1.300 dan 2.200 VA. Ini kan sudah pasti kalangan menengah yang menjadi konsumen motor. Rakyat kecil dicekik untuk menstabilkan ekonomi,” cetus Masykur.

Masih kata Masykur, hal itu belum soal harga bahan bakar. Saat harga minyak dunia turun terus, harga bensin jenis Premium yang dikatakan sudah tak lagi disubsidi dan mengikuti harga minyak dunia, nyatanya belum diturunkan.

”Intinya masih banyak kebijakan yang mendiskriminasi pengguna sepeda motor. Hal kecil saja, biaya parkir. Motor ukurannya berapa? Sewa parkir sejam Rp 3.000. Sedangkan mobil yang ukurannya bisa empat kali lebih besar dari motor, sejam cuma Rp 5.000. Harusnya bisa Rp 12.000 (per jam). Itu pun parkirnya di luar, panas, di belakang lagi,” ujar Masykur.

Melihat hal ini, YIMM menurut Masykur harus tetap memperkuat strategi produk. Soal kondisi perekomian, pihaknya, dan dia yakin ditunggu oleh pelaku industri sepeda motor lain, adalah kebijakan pemerintah yang tak mencekik leher konsumen motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com