Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Jenis BBM yang Sesuai dengan Spek Mobil

Kompas.com - 14/11/2014, 15:15 WIB
Jakarta, KompasOtomotif - Teknologi kendaraan khususnya roda empat saat ini kian pesat. Termasuk kemajuan dalam bidang penghasil tenaga atau mesin. Semua produsen berpacu menciptakan mesin yang ringkas, ringan, dan canggih. Semua pengembangan tersebut memiliki tujuan akhir untuk memberikan efisiensi penggunaan BBM yang baik serta emisi yang lebih ramah lingkungan.

Mulai dari penggunaan blok mesin dan kepala silinder berbahan ringan, variabel katup, injeksi langsung dan ECU yang memiliki program pintar, sebagai pengatur buka tutup gas yang disesuaikan dengan kebutuhan mesin. Penggunaan turbocharger pun kian marak dipakai untuk mendongkrak tenaga yang dipadankan dengan mesin berkapasitas kecil. Tujuannya tentu memberikan tenaga yang besar namun tetap irit BBM.

Namun tidak semua teknologi canggih yang dibayarkan dengan harga mahal tersebut berfungsi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai, dalam hal ini oktan yang tidak sesuai spek mesin. Selain performa tenaga menurun, efisiensi pun sulit didapat. Efek jangka panjangnya adalah usia komponen yang berhubungan langsung dengan bahan bakar akan berumur pendek. Seperti injektor, piston, katup dan juga pompa bensin.

"Kerusakan tersebut biasanya timbul akibat oleh kerak yang muncul dari penggunaan bensin yang masih mengandung timbal, ataupun hasil pembakaran yang kurang sempurna akibat nilai oktan rendah," ujar Heron, Chief Mekanik R Speed di kawasan Cipinang, Jakarta.

Rasio kompresi dan oktan
Untuk mengetahui oktan yang cocok untuk dikonsumsi mesin adalah melihat rasio kompresi yang biasanya tertera pada brosur. Biasanya, lajut Heron, mobil yang diproduksi 5 tahun belakangan, kompresinya rata-rata di atas 10:1. Artinya bahan bakar yang mampu memenuhi kebutuhan adalah bensin dengan oktan 92 seperti Pertamax. Sementara jenis premium itu hanya untuk mobil yang kompresinya 9:1 atau lebih rendah.

"Jadi butuh kesadaran dari pengguna mobil untuk memberikan bensin yang sesuai dengan spesifikasi mesin. Paling mudah untuk mendeteksinya adalah performa menurun, penggunaan bensin boros dan yang lebih parah mobil ngelitik (knocking)," beber Heron.

Dijelaskan, penggunaan bensin jadi boros jika pakai premium, akibat bukaan gas lebih besar untuk mendapatkan tenaga yang sesuai. Dicontohkan, misal mobil ingin menanjak dengan gigi satu, jika pakai Pertamax bukaan gas hanya seperempat. Namun ketika mengonsumsi Premium butuh tenaga ekstra sehingga bukaan gas bisa sampai setengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau