Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Saringan Bensin Cepat Rusak

Kompas.com - 03/11/2014, 09:00 WIB
Jakarta, KompasOtomotif - Saringan bensin memang merupakan suku cadang yang kerap diganti berkala (fast moving), antara 10.000 - 15.000 km. Jika kondisi saringan tersebut rusak maka kotoran dipastikan bakal lolos proses penyaringan dan bisa merusak injektor karena mampat atau menjadi kerak di ruang bakar.

Lantas apa saja yang menyebabkan saringan bensin tersebut cepat rusak. Chief Engineering SS Performance Teddy Jusman menuturkan, saringan cepat rusak bila volume kotoran dari bahan bakar cukup banyak sehingga filter tak lagi mampu menyaring dengan baik. Kotoran di bensin tersebut berupa partikel kecil akibat seringnya menunda pengisian bahan bakar, sehingga tangki yang tidak terendam bensin kerap muncul karat. "Nah ketika diisi penuh, karat itu terendam dan larut bersama bensin yang akhirnya membuat saringan bensin cepat rusak," papar Teddy.

Disebutkan lagi, buruknya kualitas bensin sering terjadi akibat penggunaan aditif. Biasanya langkah tersebut kerap digunakan untuk menaikkan kadar oktan Premium hingga setara dengan Pertamax atau Pertamax Plus. Aditif yang tidak bagus dengan harga terjangkau kerap tidak larut dan menimbulkan endapan atau serbuk sehingga sering membuat saringan bensin cepat kotor.

Nada serupa juga pernah dilontarkan oleh Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina. Dikatakan busi dan saringan bahan bakar merupakan komponen yang lebih cepat rusak akibat ketidaksesuaian penggunaan bensin terhadap spesifikasi mesin.

Untuk premium cocok digunakan untuk rasio kompresi 7,1 hingga 9,1. Untuk mesin dengan rasio kompresi 9,1 hingga 10,1 lebih cocok memakai RON 92 (Pertamax). Sedangkan buat kompresi 10,1 hingga 11,1 wajib meminum RON 95 (Pertamax Plus). Saat ini mobil yang dijual oleh semua mereka sudah memilik kompresi di atas 9,1 dan direkomendasikan "minum" Pertamax.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com