Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baut dan Mur LCGC Agya dan Ayla Masih Impor

Kompas.com - 04/02/2014, 09:45 WIB
Zulkifli BJ

Penulis

Zulkifli BJ Komponen mesin dan transmisi LCGC Astra (Agya dan Ayla). Mur dan baut masih impopr, plus dudukan mesin
Zulkifli BJ Pengiriman LCG melalui jalan darat yang makin macet

Karawang, KompasOtomotif – Kendati sampai kemarin PT Astra Daihatsu Motor (ADM), mengaku, kandungan lokal komponen yang digunakan pada mobil hemat energi dan harga terjangkau (LCGC) yang dibuatnya sudah mencapai 88 persen (2015 menjadi 89 persen), ternyata baut dan mur masih diimpor. Hal itu, mengemukakan, ketika KompasOtomotif mengajukan pertanyaan, apa saja sisa 12 komponen yang masih diimpor dan mengapa belum bisa dibuat di Indonesia.

Menurut Erlan K. Cahyono, Executive Officer Purchasing ADM dalam kompresi pers, masih banyak komponen mesin yang harus diimpor. “Jumlahnya masih ratusan. Baut dan mur saja masih kita impor. Kualitasnya harus bagus, sesuai dengan standar yang telah ditentukan,” jelasnya yang diamini oleh Made Dana Tangkas, Direktur Corporate Planning, External Affair & Production Control PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Ketika dicecar, apakah komponen tersebut masih diimpor karena pertimbangan teknologi dan nilai ekonomis, Erlan mengatakan karena aspek yang kedua. Bahkan Pongky Prabowo, Direktur Manufaktur ADM mengatakan, dudukan mesin (engine mounting) masih diimpor dari Thailand. Alasannya, sama yaitu nilai ekonomis. Tepatnya, lebih murah diimpor atau dibeli dari pemasok di luar negara ketimbangkan dibuat sendiri.

“Ya, kita berharap, dengan adanya impor ini, produksi terus meningkat, semakin banyak produsen komponen atau pemasok komponen mendirikan pabriknya di Indonesia. Seperti yang juga diharapkan oleh pak Menteri, nantinya bisa 100 persen dibuat di Indonesia,” jelas Erlan.

Pelabuhan Laut
Sementara itu, Made Dana Tangkas, untuk membangun industri mobil diperlukan peran serta perusahaan lain. “Kita ingin menggunakan baja lembaran untuk bodi mobil yang dirakit di Indonesia diproduksi di dalam negeri. Kenyataannya, sampai sekarang  belum memenuhi syarat. Terpaksa kita impor. Kalau ada di sini bisa dibuat di Indonesia, harga mobil yang kita ekspor makin kompetitif,” beber Made.

Tak hanya itu, Made juga berharap, dengan terkonsentrasinya pabrik mobil di sekitar Karawang (termasudk di Cikamapek dan Cikarang), pemerintah bisa membuka pelabuhan laut Cilamaya, di utara Kabupaten Karawang. “Dengan membuka akses jalah ke pelabuhan, ekspor lebih mudah dilakukan. Kalau sekarang harus ke Jakarta. Biaya transportasi dan logistik lebih mahal dan ini bisa mengurangi daya saing produk, khusus untuk ekspor,” jelasnya.

Akses langsung ke pelabuhan laut, merupakan salah satu aspek yang membuat daya saing Indonesia kalah menarik dibandingkan dengan Thailand. Di Thailand, pabrik mobil berada dekat pelabuhan. Malah, ada beberapa produsen Jepang, begitu mobil selesai dirakit langsung dikapalkan. Alhasil, biaya transportasi dan logistik makin efisien. Hal ini juga sangat membantu pabrik memperoleh pasokan komponen untuk merakit mobilnya.

Contoh, kalau pelabuhan Cilamaya dibuka dan PT Krakatau Steel sudah bisa memasok lembaran baja khusus untuk bodi mobil, pengiriman tidak harus lagi melalui angkutan darat yang mahal dan makin macet, tetapi melalui laut. Masalahnya, apakah pemerintah bisa tegas bila rencana tersebut ditentang oleh orang-orang yang merasa nantinya akan dirugikan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau