Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Berencana Memperluas Kawasan Rendah Emisi

Kompas.com - 15/10/2024, 11:42 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merilis laporan terbaru hasil pemetaan sumber emisi di sektor transportasi Jakarta sebagai bagian dari upaya strategis untuk mengatasi polusi udara.

Hasil studi menunjukkan bahwa kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2. Sementara, sepeda motor lebih banyak menyumbang emisi CO dan NMVOC.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah konkret untuk mengurangi polusi di Jakarta.

Baca juga: Puluhan Mercy S-Class Berjejer di Area Parkir GBK, untuk Menteri?

Foto aerial suasana lalu lalang kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (14/9/2020). Pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II atau PSBB pengetatan di DKI Jakarta, arus lalu lintas kendaraan di sekitar Bundaran HI terpantau lancar.ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN Foto aerial suasana lalu lalang kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (14/9/2020). Pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II atau PSBB pengetatan di DKI Jakarta, arus lalu lintas kendaraan di sekitar Bundaran HI terpantau lancar.

Ia menjelaskan, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sudah menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang dapat diakses masyarakat secara real-time melalui, udara.jakarta.go.id.

Kemudian, memperluas uji emisi kendaraan secara berkala, serta meningkatkan pengawasan terhadap industri yang berpotensi mencemari lingkungan.

“Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi (low emission zone) guna mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan," ujar Asep, dalam keterangan tertulis, Senin (14/10/2024).

Baca juga: Jelang Pelantikan, Mercy Siapkan Puluhan S-Class untuk Tamu Negara

Untuk diketahui, studi hasil inisiatif Clean Air Catalyst (CAC) Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang dilaksanakan oleh WRI Indonesia, juga menganalisis dampak dari berbagai skenario langkah pengendalian di Jakarta.

Skenario langkah pengendalian termasuk penerapan standar bahan bakar Euro IV, adopsi kendaraan listrik, dan penggunaan filter partikel diesel (DPF).

Hasilnya, penerapan standar bahan bakar Euro IV diproyeksikan mampu menurunkan emisi polutan seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70 persen pada tahun 2030.

Baca juga: Kesalahan Umum Pengemudi yang Bikin Transmisi CVT Cepat Rusak

Kemacetan kendaraan di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, saat jam berangkat kantor, Senin (5/8/2024).KOMPAS/PRIYOMBODO Kemacetan kendaraan di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, saat jam berangkat kantor, Senin (5/8/2024).

Manajer Program Kualitas Udara WRI Indonesia dan Project Manager Clean Air Catalyst, Satya Utama mengatakan, laporan ini penting dalam mendukung kebijakan yang lebih komprehensif untuk pengendalian polusi udara.

Menurutnya, data yang dihasilkan dari studi ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai tantangan polusi udara di Jakarta, khususnya dari sektor transportasi.

“Selain membantu merancang kebijakan transportasi yang lebih ramah lingkungan, laporan ini juga akan mendukung upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan mendukung upaya dukungan bagi warga yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi yang tinggi,” ucap Satya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau