Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Upayakan Pengembangan Mobil Hybrid Berbahan Bakar Nabati

Kompas.com - 23/07/2024, 18:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Saat ini sektor transportasi menjadi salah satu kontributor tertinggi atas sumber emisi CO2 tepat berada di bawah pembangkit tenaga listrik dengan besaran 32 persen.

Namun pada satu sisi, industri otomotif merupakan sektor yang sangat penting memberikan dampak positif bagi perekonomian RI karena mempunyai nilai tambah dan backward linkage kuat.

Sepanjang 2023, produksi mobil di dalam negeri mencapai 1,4 juta unit yang mencakup 41 persen. Industri ini juga sudah menyumbang Rp 196 triliun pada PDB nasional dan menyerap 1,5 juta tenaga kerja.

Baca juga: Ulas Platform Hyundai Kona Electric, Ioniq 5, dan Ioniq 6

Sehingga penting untuk pemerintah melakukan mitigasi sebagai upaya mengatasi masalah energi dan emisi, sekaligus turut mendorong pertumbuhan industri.

"Maka ada beberapa cara yang bisa diambil, salah satunya itu melalui produksi dan pemanfaatan flexy engine berbahan bakar nabati (BBN)," kata Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM RI, Agus Tjahajana Wirakusumah, Selasa (23/7/2024).

Menariknya, dalam studi yang dilakukan bersama, pemanfaatan BBN sebagai bahan bakar kendaraan bisa diperluas. Sehingga, proses pengurangan emisi optimal.

Agus mengungkapkan, pemanfaatan tersebut ialah membenamkan BBN ke mobil listrik berteknologi hibrida alias hybrid. Mengingat, jenis kendaraan terkait bisa menekan emisi hingga 49 persen dibandingkan mobil konvensional.

"Kami memaknai bahwa dalam implementasi flexy engine dapat digabungkan oleh kendaraan lsitrik sehingga menjadi hibrida yang menggunakan bensin atau solar BBN dengan sistem penggerak listrik," lanjut dia.

Baca juga: Minggu Awal GIIAS 2024, SPK Subaru Diklaim Meningkat 25 Persen

"Apabila 100 persen bahan bakar fosil bisa diganti BBN dan digabung dengan sistem EV, maka kendaraan ini ideal. Dimana polusinya hampir tidak ada tanpa mengorbankan industri yang sudah ada," tambah Agus.

Pernyataan serupa juga datang dari Asisten Deputi Industri Maritim dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Firdausi Manti.

Mengingat, rasio penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) berbasis fosil saat ini hanya 0,4 (tahun 2023). Artinya, Indonesia hanya bisa memenuhi kebutuhan 40 persen sementara 60 persen impor.

"Transisi penggunaan BBM sektor transportasi ini memerlukan multipath way atau beberapa teknologi," kata dia.

Baca juga: Daihatsu Rocky Tampil Beda di GIIAS 2024, Kental Aura Petualang

"Transisi penggunaan bensin atau bahan bakar fossil maupun diesel dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti elektrifikasi, biodisel, etanol, maupun energi lainnya seperti hydrogen maupun ammonia," lanjut Firdausi.

"Saya setuju dengan pemaparan Agus sebelumnya. Ke depannya biofuel ini bisa menjadi yang utama, atau hybrid tapi dengan biofuel," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Seruan "Kluivert Out" Menggema, Manajer Timnas: Kita Harus Percaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau