Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minat Toyota Fortuner Lawas, Kenali Dulu Penyakitnya

Kompas.com - 25/10/2023, 16:22 WIB
Erwin Setiawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Toyota Fortuner lawas banyak diburu masyarakat berkat ketangguhan serta tampilannya yang sporty. Namun sebelum membeli, baiknya ketahui dulu apa saja penyakit dan berapa estimasi perbaikannya.

Pertama kali dijual di Indonesia pada 2005, Fortuner hadir dalam kondisi CBU dari Thailand dengan mesin bensin 2.500 cc dan 2.700 cc.

Selanjutnya pada 2007, sport utility vehicle (SUV) ini dirakit di Indonesia dengan menambah pilihan mesin diesel 2.500 cc dengan teknologi common rail. Untuk varian ini hanya tersedia transmisi manual.

Transmisi matik pada varian diesel tersedia pada 2009 meski dengan status impor dari Thailand.

Baca juga: Muncul Rendering Toyota Fortuner Generasi Baru

Toyota Fortuner lawas banyak diburu masyarakat lantaran tangguh dan keren.Tangkapan layar Toyota Fortuner lawas banyak diburu masyarakat lantaran tangguh dan keren.

Pada 2012, Fortuner mengalami facelift dengan pembaruan teknologi turbocharger pada varian mesin diesel yang menggunakan variable geometry turbocharger (VNT) untuk menghilangkan efek lemot di tarikan awal

Fortuner mesin diesel VNT mampu menghasilkan tenaga 142 Tk dan torsi 343 Nm, yang lebih tangguh dari sebelumnya.

Muchlis, Pemilik Bengkel Spesialis Toyota Mitsubishi Garasi Auto Service mengatakan, Fortuner lawas memiliki penyakit umum yang sama dengan mobil berumur lainnya, yakni pada sektor transmisi matik dan kaki-kaki.

Baca juga: Pekan Ini, Polisi Panggil Penjual Pelat Palsu ke Sopir Fortuner Arogan di Jakut

“Fortuner sudah berusia belasan tahunan sejak pertama kali meluncur, sehingga wajar jika sektor kaki-kakinya sudah waktunya diperbaiki, meliputi penggantian peredam kejut depan dan belakang, bushing arm, stabilizer, dan bearing roda,” ucap Muchlis kepada Kompas.com, Selasa, (24/10/2023).

Pemilik bengkel di Polokarto, Kabupaten Sukoharjo ini mengatakan, ketika peredam kejut Fortuner lawas sudah lemah bisa menimbulkan bunyi tak wajar saat melewati jalan bergelombang.

Selain bunyi, bantingan suspensi bisa menjadi lebih keras dan limbung saat melaju kencang karena kemampuan peredam kejut sudah tidak seperti biasanya.

Baca juga: Modifikasi Kabin Toyota Fortuner by Altera, Bikin Tambah Nyaman

Toyota Fotuner lawas dibekali mesin bensin dan diesel.Tangkapan layar Toyota Fotuner lawas dibekali mesin bensin dan diesel.

“Peredam kejut depan dan belakang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan mobil, maka dari itu sebaiknya segera diperbaiki bila sudah bocor atau lemah,” ucap Muchis.

Selain itu, beberapa bunyi tidak wajar di area roda bisa timbul seperti, berdengung saat mobil melaju.

“Bunyi dengung merupakan salah satu tanda bearing roda sudah aus, sehingga putarannya tidak sehalus kondisi barunya, bila komponen ini diganti maka bunyi dengung akan hilang,” ucap Muchlis.

Muchlis menjelaskan, beberapa gejala kerusakan tadi bisa timbul pada Fortuner lawas. Sehingga konsumen perlu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Baca juga: Pengemudi Fortuner Arogan Ditangkap, Pelat Polisi Palsu Beli Online

“Biaya perbaikan kaki-kaki Fortuner lawas total bisa tembus Rp 12 jutaan, menggunakan peredam kejut dan rack end orisinal Toyota,” ucap Muchlis.

 

Sementara itu, ada juga penyakit lainnya pada sektor transmisi, khususnya yang matik. Seperti yang diketahui, Fortuner dibekali transmisi AT konvensional sejak 2009.

“Kerusakan transmisi matik bisa terjadi untuk Fortuner lawas karena usia, sehingga biaya perbaikannya perlu diperkirakan, mulai Rp 7 juta sampai Rp 14 juta tergantung apa saja perbaikan yang dilakukan,” ucap Muchlis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com