SUKOHARJO, KOMPAS.com - Toyota Fortuner lawas banyak diburu masyarakat berkat ketangguhan serta tampilannya yang sporty. Namun sebelum membeli, baiknya ketahui dulu apa saja penyakit dan berapa estimasi perbaikannya.
Pertama kali dijual di Indonesia pada 2005, Fortuner hadir dalam kondisi CBU dari Thailand dengan mesin bensin 2.500 cc dan 2.700 cc.
Selanjutnya pada 2007, sport utility vehicle (SUV) ini dirakit di Indonesia dengan menambah pilihan mesin diesel 2.500 cc dengan teknologi common rail. Untuk varian ini hanya tersedia transmisi manual.
Transmisi matik pada varian diesel tersedia pada 2009 meski dengan status impor dari Thailand.
Pada 2012, Fortuner mengalami facelift dengan pembaruan teknologi turbocharger pada varian mesin diesel yang menggunakan variable geometry turbocharger (VNT) untuk menghilangkan efek lemot di tarikan awal
Fortuner mesin diesel VNT mampu menghasilkan tenaga 142 Tk dan torsi 343 Nm, yang lebih tangguh dari sebelumnya.
Muchlis, Pemilik Bengkel Spesialis Toyota Mitsubishi Garasi Auto Service mengatakan, Fortuner lawas memiliki penyakit umum yang sama dengan mobil berumur lainnya, yakni pada sektor transmisi matik dan kaki-kaki.
“Fortuner sudah berusia belasan tahunan sejak pertama kali meluncur, sehingga wajar jika sektor kaki-kakinya sudah waktunya diperbaiki, meliputi penggantian peredam kejut depan dan belakang, bushing arm, stabilizer, dan bearing roda,” ucap Muchlis kepada Kompas.com, Selasa, (24/10/2023).
Pemilik bengkel di Polokarto, Kabupaten Sukoharjo ini mengatakan, ketika peredam kejut Fortuner lawas sudah lemah bisa menimbulkan bunyi tak wajar saat melewati jalan bergelombang.
Selain bunyi, bantingan suspensi bisa menjadi lebih keras dan limbung saat melaju kencang karena kemampuan peredam kejut sudah tidak seperti biasanya.
“Peredam kejut depan dan belakang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan mobil, maka dari itu sebaiknya segera diperbaiki bila sudah bocor atau lemah,” ucap Muchis.
Selain itu, beberapa bunyi tidak wajar di area roda bisa timbul seperti, berdengung saat mobil melaju.
“Bunyi dengung merupakan salah satu tanda bearing roda sudah aus, sehingga putarannya tidak sehalus kondisi barunya, bila komponen ini diganti maka bunyi dengung akan hilang,” ucap Muchlis.
Muchlis menjelaskan, beberapa gejala kerusakan tadi bisa timbul pada Fortuner lawas. Sehingga konsumen perlu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
“Biaya perbaikan kaki-kaki Fortuner lawas total bisa tembus Rp 12 jutaan, menggunakan peredam kejut dan rack end orisinal Toyota,” ucap Muchlis.
Sementara itu, ada juga penyakit lainnya pada sektor transmisi, khususnya yang matik. Seperti yang diketahui, Fortuner dibekali transmisi AT konvensional sejak 2009.
“Kerusakan transmisi matik bisa terjadi untuk Fortuner lawas karena usia, sehingga biaya perbaikannya perlu diperkirakan, mulai Rp 7 juta sampai Rp 14 juta tergantung apa saja perbaikan yang dilakukan,” ucap Muchlis.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/10/25/162200115/minat-toyota-fortuner-lawas-kenali-dulu-penyakitnya