JAKARTA, KOMPAS.com - Elon Musk merupakan pendiri produsen mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat (AS), Tesla. Perusahaannya itu sangat berkembang pesat di industri otomotif, bahkan menjadi pemain besar di pasar kendaraan listrik global melalui sejumlah model mobil listrik.
Elon Musk tidak hanya sukses di industri otomotif, dia juga punya sejumlah perusahaan lain termasuk teknologi internet, Starlink. Akses internet itu dikabarkan tidak lama lagi akan masuk Indonesia dan menyediakan jaringan internet murah di wilayah Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif menilai langkah pemerintah yang mengizinkan internet satelit Starlink untuk beroperasi di Indonesia sebagai langkah "latah" karena penyedia jasa internet di Indonesia juga mampu masuk ke daerah pelosok.
Baca juga: Begini Cara Perpanjangan SIM Secara Online
Senada dengan APJII, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi menilai bahwa masuknya Starlink ke Indonesia menunjukkan tidak adanya koordinasi pemerintah dengan penyedia internet lokal. Selain itu Kominfo memiliki Satelit Satria-1 yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas layanan internet.
Perlu diketahui juga, teknologi tersebut akan terhubung dengan mobil listrik Tesla. Langkah ini bahkan belum digunakan oleh pesaing, yakni terhubung ke satelit internet Starlink.
Nantinya, internet Starlink generasi kedua bisa dimanfaatkan Tesla untuk koneksi melalui sinyal seluler dari operator-operator.
Jadi, nantinya jika mengemudikan Tesla ke kawasan 'zona mati' sinyal seluler, maka bisa memanfaatkan jaringan milik Starlink.
Musk juga pernah menjelaskan bahwa satelit Starlink generasi kedua akan beroperasi tahun 2023 dan akan mendukung zona mati di seluruh dunia.
"Starlink V2, diluncurkan tahun depan, akan mengirimkan langsung ke ponsel, menghilangkan zona mati di seluruh dunia," tulis Musk.
Muhamad Syauqillah, Ketua Prodi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia (SKSG UI) menegaskan bahwa perkembangan teknologi adalah keniscayaan. Namun, adopsi perkembangan teknologi tersebut harus sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan kedaulatan bangsa.
“Untuk itu, negara harus berdaulat dan memiliki kendali atas infrastruktur fisik siber, yang diwujudkan melalui pengendalian kehadiran pelaku usaha asing penyedia infrastruktur fisik siber seperti Starlink di Indonesia," kata Syauqillah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.