Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korelasi antara Nilai Oktan dan Emisi Kendaraan

Kompas.com - 18/09/2023, 11:02 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Razia uji emisi resmi ditiadakan. Namun, pemerintah berencana untuk menetapkan hasil uji emisi sebagai persyaratan perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

Untuk itu, meski razia uji emisi sudah dihentikan, masyarakat diharapkan tetap memerhatikan emisi gas buang dari kendaraannya. Sehingga, kualitas udara di DKI Jakarta bisa lebih baik.

Baca juga: Sebanyak 1,1 Juta Kendaraan Diklaim Telah Melakukan Uji Emisi

Sebenarnya, tidak sulit untuk menjaga emisi gas buang kendaraan tetap rendah. Kuncinya adalah menggunakan bahan bakar dengan RON yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan atau lebih tinggi.

Proses tilang uji emisi kendaraan, ada ambang batas radikal bebas yang harus ditaatiKompas.com/Daafa Alhaqqy Proses tilang uji emisi kendaraan, ada ambang batas radikal bebas yang harus ditaati

Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen dan ahli konversi energi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, untuk menghasilkan emisi yang rendah, dibutuhkan nilai oktan atau RON bahan bakar dan timing ignition.

"RON yang semakin tinggi, artinya sewaktu busi menyala dan campuran bahan bakar ikut menyala, itu butuh waktu yang panjang. Sedangkan RON yang kecil, sebaliknya," ujar Yus, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Bengkel Astra Daihatsu Sediakan Uji Emisi Gratis, Simak Lokasinya

"Jadi, kalau digambarkan sebagai kenaikan tekanan, maka kalau dia butuh waktu lebih lama untuk menyala maka kenaikan tekanan menjadi lebih tinggi," kata Yus.

Pertamax Green 95 mulai tersedia di beberapa SPBU PertaminaKOMPAS.com/DIO DANANJAYA Pertamax Green 95 mulai tersedia di beberapa SPBU Pertamina

Yus menambahkan, dengan tekanan yang tinggi, maka yang mendorong piston lebih kuat. Sehingga, daya yang dihasilkan lebih tinggi. Jika dayanya semakin tinggi dengan bukaan gas yang sama, maka kecepatannya akan lebih tinggi.

"Otomatis, pengendara akan mengurangi bukaan gas. Sehingga, bahan yang digunakan menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, emisi yang dihasilkan juga lebih rendah," ujarnya.

ilustrasi pertalite.KOMPAS.com/STANLY RAVEL ilustrasi pertalite.

Sebaliknya, jika pakai bahan bakar dengan RON yang rendah, maka tekanan yang dihasilkan tidak terlalu tinggi. Sehingga, dengan bukaan gas yang sama, tenaga dan kecepatan yang dihasilkan akan berbeda.

Maka itu, penggunaan bahan bakar dengan RON yang lebih tinggi disebutkan lebih irit. Selain pembakaran yang dihasilkan lebih sempurna, daya yang dihasilkan juga lebih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau