Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemudi Bus Pariwisata atau Bus AKAP, Mana yang Lebih Enak?

Kompas.com - 11/07/2023, 18:11 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi bus merupakan pekerjaan yang penting tapi juga melelahkan. Setidaknya di Indonesia, pengemudi bus bisa dibagi jadi dua, bus pariwisata dan reguler atau luar kota.

Bus pariwisata biasanya disewa untuk keperluan jalan ke luar kota, trayeknya tidak menentu, sesuai permintaan. Sedangkan bus reguler, punya trayek dan waktu kerja yang tetap.

Lalu, dari dua jenis tersebut, mana yang lebih enak jadi pengemudi bus pariwisata atau reguler?

Baca juga: Penjualan Sasis Bus Hino Moncer, Covid-19 Jadi Pengaruh

Bus AKAP di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (19/4/2023). KOMPAS.COM/ZINTAN PRIHATINI Bus AKAP di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (19/4/2023).

Dedy, pengemudi bus pariwisata Bee Buzz punya pengalaman kerja di PO Hiba Utama dan Sudiro Tungga Jaya.

Secara umum, saat jadi pengemudi bus pariwisata atau reguler, keduanya punya kelebihan masing-masing.

Dedy menjelaskan, di perusahaan yang sekarang atau pariwisata, pakai sistem premi untuk upah. Pulang-pergi (PP) itu Rp 150.000 untuk rute dalam kota, sedangkan kalau keluar kota Rp 120.000.

"Kalau AKAP, kan hitungannya sebulan 15 kali PP, jadi Rp 250.000 dikali 15 (Rp 3,75 juta)," kata Dedy kepada awak media di tengah perjalanan ke Ungaran, belum lama ini.

Baca juga: Ini Posisi Blind Spot Pengemudi Bus yang Harus Dipahami Semua Orang


Sedangkan bus pariwisata lebih tidak menentu karena dipengaruhi seberapa sering jalan. Biasanya, pendapatannya bisa sampai Rp 4 juta, tapi juga tidak jarang kurang dari itu dan belum termasuk uang tip.

"Dukanya itu kemarin pas Covid-19 enggak ada yang jalan. Bukan sepi lagi, sampai diam itu, untung ada insentif, lumayan (membantu)," kata Dedy.

Dukanya kalau jadi pengemudi bus AKAP, dari jumlah PP tadi harus tercapai minimal 10 kali dalam sebulan. Saat jadi pengemudi AKAP, Dedy merasa lebih jauh dengan keluarga.

Bus AKAP di terminal Ciawi, BogorKOMPAS.com/ JANLIKA PUTRI Bus AKAP di terminal Ciawi, Bogor

"jarang pulang, 10 PP minimal bisa pulang. Itu kalau enggak ada kendala, kalau bus diam, makin lama pulangnya," kata Dedy.

Selain itu, saat jadi pengemudi bus AKAP dan alami masalah di pinggir jalan, itu pengemudi yang harus menjaga mobilnya, tunggu mekanik. Kalau sudah begitu, jumlah PP per bulan bisa berkurang.

Kalau pariwisata, jalannya lebih bebas, tergantung musim. Bahkan kalau musim liburan, pengemudi bisa tidak pulang karena sedang ramai pesanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com