Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zaman Dulu Tidak Ada Orang Mudik Pakai Motor, karena Motornya Lambat

Kompas.com - 03/04/2023, 20:41 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengimbau pemudik Lebaran tahun ini untuk tidak menggunakan sepeda motor saat melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman.

Sebab, menurut Budi, pemudik yang menggunakan motor terutama untuk perjalanan lebih dari tiga jam sampai 10 jam perjalanan punya angka kecelakaan yang tinggi.

“Apalagi, yang ditempuh itu dari 3 sampai 10 jam, jadi melelahkan sekali,” ucap Budi, dalam keterangan pers laman Youtube Sekretariat Presiden, belum lama ini.

Baca juga: Upaya Daimler Menyebarkan Cairan Adblue ke Seluruh Indonesia

Walaupun sudah dikeluarkan imbauan untuk tidak mudik menggunakan sepeda motor, nyatanya masih banyak masyarakat yang nekat menggunakan transportasi roda dua tersebut dengan alasan biaya yang dikeluarkan lebih murah dan bisa cepat sampai.

Pengamat transportasi sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, saat ini berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kecelakaan sepeda motor.

Pemudik Motor Berdatangan dari Sumatra di Pulau Jawa via Pelabuhan MerakKOMPAS.COM/RASYID RIDHO Pemudik Motor Berdatangan dari Sumatra di Pulau Jawa via Pelabuhan Merak

Mulai dari menambah kapasitas tiket transportasi publik, memperbaiki infrastruktur jalan, serta meluncurkan program mudik gratis sejak 2014. Namun, upaya tersebut belum mampu menurunkan tingkat kecelakaan mudik memakai sepeda motor.

Menurut Djoko ada salah satu upaya yang belum dilakukan pemerintah, yaitu membatasi produksi sepeda motor berkecepatan tinggi (kapasitas silinder di atas 100 cc).

“Sebelum tahun 2005, mudik menggunakan sepeda motor masih langka dilakukan masyarakat. Produksi sepeda motor per tahun kisaran 2 juta - 3 juta unit dengan kapasitas mesin kurang dari 100 cc. Kala itu masih ada istilah sepeda motor bebek, karena kapasitas mesin kurang 100 cc dengan laju rendah jadi tidak dipakai buat mudik,” ucap Djoko, Senin (3/4/2023).

“Tahun 2005 muncul kebijakan pemerintah untuk bisa secara mudah mendapatkan sepeda motor, yakni diberikan uang muka yang rendah (bahkan bisa gratis alias tanpa uang muka) dan diangsur setiap bulan, tidak lagi ada keharusan pembelian lunas,” lanjut Djoko.

Selain itu, Djoko menambahkan, perlahan kapasitas mesin sepeda motor dinaikkan, sehingga akselerasi sepeda motor menjadi tinggi dan sangat digemari masyarakat. Target produksi 7 juta - 8 juta unit per tahun pun dapat tercapai hingga sekarang.

Pemudik motor mulai padati jalur Kalimalang menuju Bekasi, Kamis (22/6/2017)Otomania/Setyo Adi Pemudik motor mulai padati jalur Kalimalang menuju Bekasi, Kamis (22/6/2017)

Hal tersebut tentu memberikan dampak di masyarakat, selain mudik menggunakan sepeda motor, ada aksi anak muda balapan liar di setiap daerah, kejahatan begal menggunakan sepeda motor, angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan sepeda motor meningkat, dan korban kecelakaan usia produktif menjadi tertinggi.

“Di sisi lain, kondisi ini tergambar dari lonjakan jumlah pemudik sepeda motor saat Lebaran 2005. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan jumlah sepeda motor yang dipakai untuk mudik sebanyak 1,29 juta kendaraan. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,79 juta sepeda motor pada 2004,” kata Djoko.

Baca juga: Begini Tips Aman Membeli Pelek Bekas Secara Online

Djoko mengimbau, demi keselamatan, kebijakan industri sepeda motor memproduksi sepeda motor berkapasitas silinder di atas 100 cc perlu dipertimbangkan untuk dibatasi. Menurutnya, bisa dimulai dengan kendaraan listrik yang berkecepatan rendah.

“Bagaimanapun, mudik dengan sepeda motor tidak dianjurkan pemerintah. Di samping itu, sudah selayaknya pemerintah menyediakan lebih banyak daya tampung angkutan massal dengan tarif terjangkau atau menyediakan lebih banyak layanan mudik gratis terutama bagi para pemudik motor,” ucap Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau