SEMARANG, KOMPAS.com - Kontur jalanan di Indonesia beragam, bahkan di beberapa daerah gampang menemukan tanjakan curam.
Selain kondisi kendaraan harus prima, teknik berkendara juga jadi kunci melibas tanjakan dengan aman.
Banyak kasus pengendara gagal melewati tanjakan karena telat memindahkan posisi gigi transmisi. Kondisi tersebut membuat mesin terasa loyo di tengah-tengah perjalanan.
Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, langkah preventif mencegah momentum hilang saat menanjak antisipasi yang benar dengan cara mempersiapkan torsi maksimum dari bawah.
Baca juga: Mitsubishi Akan Luncurkan Delica Mini Tahun Depan
Kuncinya, ancang-ancang sambil menyeimbangkan putaran mesin (rpm), kemudian jika terasa sudah mendapatkan tenaga yang sesuai bisa mendaki tanjakan perlahan-lahan.
"Untuk curam tanjakan 40 persen, tenaga mesin bisa dipertahankan di angka 3.500 - 4.000 rpm untuk mobil bermesin bensin. Dari jauh gunakan gigi 1 atau L untuk mobil matik," kata Jusri kepada Kompas.com, Minggu (6/11/2022).
Ritme injakan pedal gas juga ada aturan mainnya. Saat sedang mendaki, begitu terasa power mesin sudah cukup, jangan sampai mengurangi atau menambah gas.
Secara teori, pedal gas cukup diinjak sampai 80 persen. 20 persen sisanya untuk tenaga cadangan menjaga momentum. Dengan demikian, mobil tidak akan berhenti atau bahkan merosot.
"Menginjak pedal gas 100 persen sampai mentok justru membuat momentum hilang. Karena putaran gas berlebihan tidak menghasilkan apa-apa, tenaga mesin bisa keluar sesuai torsi, dan itu terasa dari injakan pedal gas yang 'ngisi' di posisi rpm tertentu," tuturnya.
Tak hanya itu, Jusri menyarankan, pengendara juga sebaiknya memperhitungkan jarak aman dengan kendaraan di depan.
"Pengemudi harus memperkirakan sebelumnya karakteristik setiap tanjakan. Ada tanjakan yang benar-benar curam dengan rata-rata gradient 40 persen ke atas sampai puncak. Namun, kadang ada kontur jalan tanjakan yang menjebak, terlihat landai dari bawah namun jaraknya cukup panjang," ujar Jusri.
Jika menghadapi model tanjakan panjang, triknya sebisa mungkin menjaga torsi maksimum. Karena, biasanya banyak yang memilih mengoper posisi gigi lebih tinggi dengan alasan tak menyukai bunyi mesin yang meraung.
Baca juga: Bamsoet Tantang Ducati Produksi Motor Listrik
"Banyak pengemudi yang mengoper gigi keatas saat sedang menanjak, biasanya karena menilai rpm mesin terlampau tinggi. Lalu, posisi gigi di naikkan agar rpm bisa turun, namun itu keliru, tenaga malah drop dan mobil bisa melorot," ucap Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.