Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MGPA Jelaskan Faktor-faktor Penyebab Rusaknya Aspal Sirkuit Mandalika

Kompas.com - 04/03/2022, 14:21 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perbaikan permukaan Sirkuit Mandalika, Lombok, sudah berjalan. Pengerjaan ini dilakukan demi menjaga kelancaran penyelenggaraan Pertamina Grand Prix of Indonesia.

Pada sesi tes pramusim, banyak pebalap yang mengeluhkan tentang kondisi aspal Sirkuit Mandalia. Keluhannya mulai dari permukaan aspal yang kotor hingga yang terparah adalah batu-batu aspal yang mulai mengelupas.

Baca juga: Apa Saja Fasilitas Lima Jenis Tiket MotoGP Indonesia di Mandalika

Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Priandhi Satria mengatakan, pihak FIM dan Dorna Sports meminta bagian trek lurus diperbaiki supaya traksi antara roda dan permukaan lintasan baik.

Proses pengaspalan ulang Pertamina Mandalika International Street CircuitDok. MGPA Proses pengaspalan ulang Pertamina Mandalika International Street Circuit

"Sehingga, aksi di trek lurus juga menjadi seru dan terutama aksi di tikungan, pebalap-pebalap tidak hanya bisa menikung di racing line, tapi bisa mengambil di posisi in atau posisi out," ujar Priandhi saat media briefing, belum lama ini.

Priandhi menambahkan, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terkelupasnya aspal di Pertamina Mandalika International Street Circuit.

Baca juga: Update Pengaspalan Ulang Sirkuit Mandalika, Prosesnya Cukup Ribet

"Faktornya banyak sekali, saya sudah diskusi dengan teknis keseharian di lapangan. Faktor ini bisa berupa permukaan lintasan yang sangat kotor, karena debu, adanya pembangunan yang cukup banyak, di depan, di belakang, di kiri, di kanan," kata Priandhi.

Francesco Bagnaia saat sesi tes pramusim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, LombokDok. @pecco63 Francesco Bagnaia saat sesi tes pramusim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok

"Kemudian deposit kerikil, butir-butir pasir halus yang berlebihan, sehingga ketika di aspal final permukaannya, aspalnya tidak kontak penuh dengan lapisan di bawahnya, karena adanya kotoran tersebut," ujarnya.

Priandhi mengatakan, bisa juga karena faktor lembap karena adanya air bawah tanah yang saat sebelum pengaspalan naik atau setelah pengaspalan naik. Air bawah tanah ini bisa naik turun sendiri sesuai dengan pasang surut air laut.

Fabio Quartararo saat sesi tes pra-musim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, LombokDok. Yamahamotogp.com Fabio Quartararo saat sesi tes pra-musim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok

"Jadi, kelembapan ini juga menjadi faktor yang kita juga tidak bisa lihat kondisinya. Kemudian, mungkin saja faktor pencucian bahan baku yang masih adanya butir-butir debu, butir-butir halus pasir, berbagai macam kemungkinan dapat terjadi," kata Priandhi.

Priandhi menambahkan, ini menjadi proses belajar bagaimana membuat lintasan untuk kendaraan balap. Sebab, motor balap MotoGP mampu melaju dengan kecepatan lebih dari 300 kilometer per jam menggunakan ban yang tingkat cengkeramannya sangat tinggi.

Aleix Espargaro saat sesi tes pramusim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, LombokDok. @aleixespargaro Aleix Espargaro saat sesi tes pramusim MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok

"Di lintasan balap ini, traksinya ke samping saat menikung. Sehingga, gesekan ban yang sangat lengket, jauh lebih lengket dari ban biasa, berusaha menyapu lintasan," ujar Priandhi.

Menurutnya, kondisi ini bisa dianalogikan seperti menghapus tulisan menggunakan penghapus karet. Salah satunya pasti ada yang kalah, antara ban atau permukaannya yang terkikis secara perlahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau