Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Cip Semikonduktor Tidak Berdampak Serius buat Kendaraan Komersil Indonesia

Kompas.com - 03/02/2022, 17:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) mengungkapkan ternyata krisis cip semikonduktor tidak mempengaruhi kinerja sektor kendaraan komersial di Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan penggunaan teknologi pada kendaraan komersil belum terlalu canggih. Sehingga kebutuhan komponen terkait tidak terlalu banyak atau ketergantungan.

"Saat ini, kita baru mau mengimplementasikan standar Euro 4, sementara di negara lain seperti Eropa dan Australia, sudah Euro 6. Vietnam saja Euro 5," kata Vice President PT IAMI, Ernando Demily, Rabu (2/2/2022).

Baca juga: Isuzu Klaim Mesin Diesel Euro 4 Lebih Irit BBM 12 Persen

Pelatihan standarisasi Euro 4 oleh Isuzu Astra Bogor demi menyambut Euro 4 dari PemerintahIsuzu Pelatihan standarisasi Euro 4 oleh Isuzu Astra Bogor demi menyambut Euro 4 dari Pemerintah

"Sehingga krisis cip semikonduktor tidak banyak berpengaruh di kita. Tak seperti di negara lain yang teknologinya sudah advance," lanjut dia.

Namun bukan berarti penerapan standar emisi kendaraan niaga di Tanah Air harus bertahan pada Euro 2. Sebab menaikkan standar tersebut bisa menghasilkan banyak aspek positif bagi jangka panjang.

Misalnya pada sektor lingkungan, dimana dapat menekan tingkat polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Sehingga perusahaan akan terus mendukung upaya Indonesia menuju Euro 4.

Baca juga: Shell Jualan Solar Standar Euro 5 di SPBU Jabotabek dan Bandung

Layanan purna jual Isuzu Astra dalam perawatan dan perbaikan kendaraan niaga.Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Layanan purna jual Isuzu Astra dalam perawatan dan perbaikan kendaraan niaga.

Adapun kondisi yang cukup mengganggu kinerja Isuzu di Indonesia pada tahun lalu ialah pandemi Covid-19 yang kerap mempengaruhi aktivitas produksi kendaraan.

"Pasokkan sparepart terpengaruh, sebab sebagaimana diketahui kita ini global supply chain. Despite local contain sudah hampir 50 persen tetapi tetap masih ada komponen dari negara lain," kata Demily.

"Tetapi saat ini karena kerja keras dari semua pihak terkait khususnya prinsipal, kita sempat buka-tutup dengan negara lain dan kondisinya terus membaik," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau